Foto : Nanang Feriyanto. (ist)

Nanang Feriyanto Raih Penghargaan MC Ter-Pakem Pada Ajang Hipapi Jatim Award 2025

  • 24 January 2025 05:09
  • Heri S
  • Umum,
  • 321

Tubankab - Sosok Nanang Feriyanto, Chief Executive Officer (CEO) Cakra Ningrat Management yang bergerak di bidang adat khususnya Wedding Organizer (WO) dan Event Organizer (EO) di Kabupaten Tuban, kini menjadi salah satu kebanggaan daerahnya.

Dalam rangkaian kegiatan Musyawarah Wilayah II DPW Himpunan Pembawa Acara Indonesia (Hipapi) Jawa Timur (Jatim) sekaligus malam puncak Hipapi Jatim Award 2025, ia berhasil menorehkan prestasi sebagai pembawa acara atau Master of Ceremony (MC) Ter-Pakem. Ia berhasil terpilih setelah sebelumnya masuk dalam nominasi bersama empat kandidat lainnya dari Sidoarjo, Batu-Malang, Surabaya, dan Kediri pada kegiatan yang dihelat selama dua hari di Ubaya Training Center (UTC), Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, pada Selasa-Rabu, 21-22 Januari 2025.

Nanang Feriyanto atau yang kerap disapa dengan Nanang Cakra Ningrat, mengungkapkan rasa syukur atas pencapaiannya tersebut. Pasalnya, untuk mendapatkan penghargaan itu bukanlah sesuatu hal yang mudah karena membutuhkan proses, perjuangan, dan bukti yang nyata.

Diceritakan, asal mula ia mendedikasikan diri menjadi MC berawal dari kegemarannya menyaksikan pagelaran wayang kulit. Ketertarikan itu semakin bertambah ketika melihat resepsi dan gaya MC persis dengan logat dalang wayang lengkap dengan busana Jawa. 

“Menjadi MC sejak kelas tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan berguru pada Bapak Santomo. Lalu, mencari pengalaman dengan masuk di Permadani Bregada 3 Tuban dan sampai sekarang masih terus mencari pengalaman di bidang adat tradisi pengantin Jawa,” urainya yang sejak kelas dua Sekolah Dasar (SD) juga sudah terjun di dunia seni dengan bakat menari, Jumat (24/01). 

Dalang wayang kulit dan penari tradisi ini juga sangat memegang teguh adat. Sejak awal terjun di dunia MC, belum pernah sekali pun terbesit dalam pikirannya untuk keluar atau mencampurbaurkan adat. Baginya, adat tradisi merupakan budaya bangsa yang adiluhung dan mengandung arti filosofi yang hebat.

“Tidak boleh sembarangan dalam menyikapi adat dan tetap konsisten di bidang MC adat. Walaupun di tengah-tengah gempuran MC modern yang sangat memukau serta tata cara resepsi modern yang wow, tetap tenang dan optimis, sebab bangsa itu punya jati diri dan seni tradisi yang mengokohkan suatu negara,” tegasnya.

Pengajar di Pawiyatan Persaudaraan Masyarakat Budaya Nasional Indonesia (Permadani) Tuban untuk pelajaran adat tata cara dan busana Jawa ini meyakini, selama tanah Jawa masih subur dan hasil laut melimpah, maka tradisi adat budayanya akan tetap terjaga di tengah gempuran modernisasi. Pada saatnya, masyarakat akan kembali sadar pada jati diri tradisi yang menjunjung tinggi nilai-nilai norma yang luar biasa.

MC pakem yang juga merupakan koordinator bidang pelatihan dan pengembangan pada Hipapi Jawa Timur ini sudah sering ditunjuk menjadi narasumber upacara adat tradisi pengantin Jawa. Selain pernah menjadi narasumber pengetahuan tata busana pengantin Jawa dan sekar gendhing di Kabupaten Jombang, pranatan panggih pengantin gaya Surakarta di Surabaya, juga tata upacara adat siraman dan midodareni gaya Surakarta di Kota Pasuruan.

Berdasarkan penuturannya, menjadi MC tentu banyak suka dan duka. Sukanya, banyak teman dan relasi dari berbagai daerah sehingga dapat menambah persaudaraan. Sedangkan, dukanya karena profesi MC Jawa sering dianggap remeh.

“Sukanya, banyak teman menambah persaudaraan, bisa menata dengan benar alur upacara adat, jalan-jalan ke berbagai kota untuk melayani klien, dan bahagia karena bakatnya menghasilkan uang,” ungkapnya.

Sayangnya, banyak masyarakat yang masih belum memahami tugas pokok dan fungsi (tupoksi) MC bahkan memandang sebelah mata pada profesi MC Jawa. Sering diremehkan karena dianggap hanya modal omong saja. Belum lagi ketika sudah ada kesepakatan dengan klien tiba-tiba ada anggota keluarga yang mendadak ikut mengatur acara meski tidak sesuai dengan tata cara yang benar.

“MC sering dianggap profesi yang murah harganya, bahkan diminta menjalankan yang bukan tupoksinya, seperti menyanyi. Juga kerap disuruh membuatkan susunan acara lengkap, padahal MC bukan WO atau EO,” tukasnya. 

Selanjutnya, Nanang Cakra Ningrat berpesan pada generasi muda untuk senantiasa bangga, tetapi tidak meninggalkan adat tradisi dan budaya sendiri. Sementara, justru orang-orang manca negara malah gandrung, bahkan sampai mempelajari dan membawa budaya Indonesia ke negara mereka.

“Kalian boleh pandai dan mengikuti era globalisasi saat ini. Tapi, jangan sampai meninggalkan adat tradisi budayamu sendiri. Banggalah menjadi suku Jawa yang kaya dengan seni budaya dan bangsa Indonesia dengan keanekaragaman budayanya. Sadar dan tanamkan cinta pada NKRI serta adat budaya tradisi, sebab itu fondasi yang kokoh suatu negara dan cermin jati diri bangsa,” pesannya. (yeni dh/hei)

comments powered by Disqus