Foto : Para karyawan RS Medika Mulia saat gelar bakti sosial. (ist)

Peringati HUT ke-31, RS Medika Mulia Tuban Gelar Bakti Sosial dan Seminar

  • 08 February 2025 17:38
  • Heri S
  • Umum,
  • 20

Tubankab-Rumah Sakit (RS) Media Mulia Tuban merayakan HUT-nya yang ke-31 pada tahun 2025. 

Rumah sakit yang didirikan oleh Yayasan Bhakti Mulia Persada pada tahun 1994 ini memperingatinya dengan menggelar berbagai kegiatan, antara lain seminar dan bakti sosial. 

Bakti sosial diwujudkan dalam kegiatan skrining kesehatan dan operasi bibir sumbing. Skrining kesehatan dilaksanakan pada 7 Februari 2025 dan operasi bibir sumbing pada 8 Februari 2025. 

Operasi bibir sumbing tersebut diikuti 8 peserta yang terdiri dari 6 anak-anak dan 2 orang dewasa. Adapun, syarat mengikuti operasi bibir sumbing adalah usia minimal 3 bulan dengan berat badan minimal 5 kilogram. Selain itu, kondisi hasil pemeriksaan saat skrining kesehatan harus dinyatakan baik dan tidak sedang batuk pilek. 

Kegiatan operasi bibir sumbing ini bekerja sama dengan RS Unair Surabaya. Dokter yang menangani operasi adalah Dr. dr. Indri Lakhsmi Putri, Sp. B.P.R.E., Subsp.K.M. (K) dan dr. Rachmaniar Pramanasari, Sp. BP-RE.

Selain bakti sosial, RS Medika Mulia Tuban berkolaborasi dengan Insan Medika Training Center juga akan menggelar seminar yang bertajuk ‘Emergency Management in General’. Seminar yang diselenggarakan secara daring atau online dengan narasumber dr. Henderik Agus Nurdiansah, Sp. BTKV, M.Ked.Klin, dr. Retno Ayu Adhisty, Sp. A.,M.Biomed, dr. Amanah Lusiyana, Sp. An., dan dr. Agung Sulistiono, Sp. BS., ini akan dilaksanakan pada 22 Februari 2025 mendatang.

Kepala Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB), Dra. Esti Surahmi, Apt., yang hadir dalam kesempatan tersebut, menyambut baik kegiatan yang diselenggarakan oleh RS Medika Mulia. 

Esti, sapaan akrabnya, menyampaikan bibir sumbing dapat menyebabkan berbagai masalah, seperti kesulitan makan, infeksi telinga, gangguan pendengaran, dan masalah gigi. Operasi bibir sumbing, terangnya, diperlukan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang ada.

Esti menerangkan, bibir sumbing pada bayi terjadi karena jaringan pembentuk bibir tidak menyatu sempurna sebelum kelahiran yang penyebabnya diduga karena kombinasi faktor genetik dan lingkungan. 

Faktor genetik, tambahnya, jika salah satu atau kedua orang tua memiliki riwayat bibir sumbing. Sedangkan faktor lingkungan, seperti paparan asap rokok, alkohol, atau zat kimia tertentu selama kehamilan.

Kekurangan vitamin seperti asam folat dan vitamin B, infeksi, obesitas, diabetes, dan konsumsi obat-obatan tertentu juga diindikasi menjadi faktor yang dapat meningkatkan risiko bibir sumbing.

“Oleh karena itu, masyarakat khususnya ibu hamil perlu diberikan edukasi sebagai tindakan antisipasi, supaya tidak terjadi bibir sumbing,” pungkasnya, saat dijumpai di sela-sela operasi, Sabtu (08/02). (yeni dh/hei)

comments powered by Disqus