Foto : Mohammad Lathiful Wahab, santri Pondok Pesantren Daruttauhid Al Hasaniyyah. (ist)

Santri Tuban Masuk 10 Besar Lomba Esai Nasional Majalah Risalah NU, Ini Sosoknya

  • 25 February 2025 21:33
  • Heri S
  • Umum,
  • 39

Tubankab – Mohammad Lathiful Wahab, santri Pondok Pesantren Daruttauhid Al Hasaniyyah dan alumni Ma'had Aly Al Hasaniyyah, Desa Sendang, Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban, berhasil meraih nominasi 10 besar dalam Lomba Esai Santri dan Mahasiswa Nasional 2025 yang diselenggarakan oleh Majalah Risalah NU PBNU.

Lathif, sapaan akrabnya, dikenal aktif dalam berbagai bidang keilmuan, termasuk ilmu agama, sosial, sains, bahasa, dan literasi. Baginya, literasi bukan sekadar membaca, tetapi juga menulis sebagai upaya menjaga tradisi ulama terdahulu sekaligus mengeksplorasi inovasi baru tanpa meninggalkan nilai-nilai keilmuan lama.

Esai yang mengantarkannya ke nominasi berjudul "Urgensi Visi Solidaritas Nahdlatul Ulama (NU) dalam Merespons Budaya TikTok Dance sebagai Ancaman Online Begging". 
Dalam tulisannya, ia mengangkat fenomena yang banyak disukai  generasi muda karena lebih nyaman, seperti menggunakan TikTok sebagai platform hiburan semata dibandingkan memanfaatkannya untuk edukasi. Menurutnya, budaya joget di TikTok berpotensi memicu tren online begging, yakni pengguna meminta donasi melalui live streaming. Lathif menekankan perlunya peran NU dalam merespons isu ini melalui visi solidaritas yang melibatkan ulama, masyarakat, pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya.

Dalam pandangannya, literasi memiliki peran penting dalam membangun peradaban dan menjadi alat untuk menghadapi tantangan zaman. "Literasi bukan hanya tentang membaca dan menulis, tetapi bagaimana kita memahami, menganalisis, dan merespons perubahan di sekitar kita. Seorang santri harus mampu menjadi agen perubahan dengan pemikiran yang kritis dan berbasis keilmuan," ujar Lathif. 

Ia juga menekankan bahwa tradisi keilmuan para ulama terdahulu harus tetap dijaga, sebagaimana kaidah Al muhafadhoh ala qodim Al sholih wa al akhdzu bil Jadid Al ashlah—menjaga tradisi lama yang baik dan mengambil hal baru yang lebih baik. Menurutnya, dengan memahami konsep ini, literasi di era digital bukan sekadar konsumsi informasi, tetapi juga produksi gagasan yang relevan dengan perkembangan zaman.

Sementara itu, panitia lomba secara resmi mengumumkan hasil keputusan dewan juri pada Selasa (25/2) di Jakarta. Ketua Panitia Lomba, Jahid Lukman, menyatakan bahwa lomba ini diikuti oleh sekitar 60 peserta dari berbagai perguruan tinggi dan pondok pesantren di Indonesia. "Alhamdulillah, hari ini panitia secara resmi mengumumkan hasil lomba esai nasional," ujarnya dalam konferensi pers.

Proses seleksi dilakukan melalui beberapa tahapan, mulai dari pendaftaran dan pengiriman naskah pada 20 Januari – 20 Februari 2025, hingga penjurian pada 22 Februari. Dewan juri yang terlibat dalam finalisasi pemenang terdiri dari tiga tokoh NU, yakni KH. Ulil Abshar Abdalla (Ketua PBNU), H. Fajar Wahyu Hermawan (LTN PBNU), dan KH. Musthofa Helmy (Pemimpin Redaksi Majalah Risalah NU).

Lebih lanjut, Ustaz Jahid mengungkapkan bahwa seluruh naskah peserta yang telah diterima akan dibukukan oleh panitia. "Insyaallah, naskahnya akan kita bukukan," katanya. Selain itu, panitia juga akan segera menghubungi para pemenang terkait hak dan apresiasi yang akan mereka terima.

Lathif berharap pencapaiannya ini dapat menjadi motivasi bagi santri lain untuk lebih aktif dalam dunia literasi. "Santri tidak boleh hanya menjadi konsumen pengetahuan, tetapi juga harus menjadi produsen pemikiran yang solutif. Dengan literasi yang kuat, kita bisa menjaga warisan ulama dan sekaligus menjawab tantangan zaman dengan pendekatan yang relevan," pungkasnya.

Prestasi Lathiful Wahab ini menjadi bukti bahwa santri memiliki kapasitas besar dalam menyikapi isu-isu kontemporer melalui literasi. Keberhasilannya juga diharapkan menjadi inspirasi bagi generasi muda, khususnya santri, untuk terus mengembangkan pemikiran kritis dan peran aktif dalam kemajuan bangsa.(dadang bs/hei)

comments powered by Disqus