Sekolah Unggul Garuda : Strategi Pemerataan Akses Pendidikan Berkualitas
- 14 April 2025 14:32
- Yolency
- Kegiatan Pemerintahan,
- 107
Tubankab – Pemerintah pusat melalui Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi menggulirkan program Sekolah Unggul Garuda sebagai strategi nasional untuk pemerataan akses pendidikan berkualitas, khususnya bagi daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T) dan luar Pulau Jawa.
Hal ini disampaikan oleh Wakil Menteri Dikti Saintek, Stella Christie, dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Tahun 2025 yang berlangsung pada Senin (14/04).
Rakor tersebut juga diikuti Wabup Tuban Drs. Joko Sarwono bersama jajaran TPID Kabupaten Tuban secara daring.
Menurut Stella, Sekolah Unggul Garuda merupakan gagasan langsung dari Presiden Prabowo Subianto sebagai bagian dari investasi jangka panjang sumber daya manusia Indonesia.
“Dalam segala sesuatu perencanaan Sekolah Unggul Garuda dan juga pencapaian tujuan itu dicanangkan menjadi suatu fast track atau track yang sangat terpadu, terhadap penerimaan siswa di perguruan tinggi terbaik di dunia, baik di luar negeri maupun di dalam negeri. Sehingga ini menjadi suatu kesatuan dan dalam segala perencanaan kami di Kementerian Science dan Teknologi,” ujar perempuan berkacamata itu.
Dikatakan dia, sekolah ini dirancang sebagai institusi pra-universitas yang berada di bawah kewenangan Kementerian Pendidikan Tinggi, bukan pendidikan dasar dan menengah. Artinya, kurikulum, sistem pengasuhan, serta pengelolaan sekolah diarahkan untuk mempersiapkan lulusan dengan kapasitas global.
Lebih lanjut, terdapat dua model sekolah dalam program ini, yakni Sekolah Unggul Garuda Baru yang dibangun dari nol di daerah terpilih, dan Sekolah Unggul Garuda Transformasi yang merupakan hasil pembinaan dari SMA yang sudah ada. Keduanya mengusung visi yang sama: menjadi inkubator pemimpin masa depan dengan pemahaman kuat terhadap sains dan teknologi serta kepekaan sosial terhadap masyarakat.
Ditambahkan Wamendikti Saintek, Sekolah Unggul Garuda bukan hanya tentang akademik, tapi juga karakter dan jiwa pengabdian. Kurikulumnya dirancang dengan tiga pilar utama, yaitu: pilar penyeimbang, pilar inkubator pemimpin bangsa, dan pilar akademik dan pengabdian masyarakat.
Melalui program ini, pemerintah ingin memastikan bahwa anak-anak dari berbagai penjuru Indonesia memiliki kesempatan yang setara untuk berkembang, tanpa harus pindah ke kota besar. Model berasrama juga dipilih agar siswa dapat dibentuk secara menyeluruh—akademik, karakter, dan semangat kebhinekaan.
Program ini ditargetkan akan membangun hingga 20 sekolah hingga tahun 2029, dengan 4 lokasi diprioritaskan pada tahun 2025. Pemerintah daerah didorong untuk turut aktif mengusulkan lokasi pembangunan, terutama dari wilayah yang selama ini memiliki keterbatasan akses pendidikan menengah berkualitas. (yavid rp/hei)