TAKJIL WARISAN YANG TAK TERGILAS OLEH ZAMAN
- 30 May 2017 21:23
- Heri S
- Umum,
- 586
Tubankab - Ratusan warga Kelurahan Kutorejo, Kabupaten Tuban dan sekitarnya berbondong-bondong memadati area komplek Makam Sunan Bonang. Kehadiran mereka tak lain adalah ingin mendapakan bubur Suruh, bubur peninggalan Sunan Bonang, yang dibagikan saat Ramadan tiba.
Mereka harus membawa mangkuk kecil atau piring, guna mendapatkan bubur Suruh sebagai santapan saat berbuka puasa (takjil), sejam sebelum adzan magrib tiba.
Demi memperolehnya, warga rela mengantri berjam-jam untuk mendapatkan secara gratis dari panitia. Untuk mengantisipasi keributan, petugas keamanan pun diterjunkan di lokasi.
Wawan, salah satu pembuat bubur, mengatakan bahwa bubur Suruh ini rutin dibuat setiap Ramadan yang difasilitasi oleh Yayasan Makam Sunan Bonang.
"Setiap hari selama Ramadan, kita bisa memasak dua wajan besar bubur. Sebelum dibagikan ke warga setempat, terlebih dahulu diberikan pada jemaah Masjid Astana Sunan Bonang sebagai hidangan berbuka secara gratis," katanya.
Shaleh, salah satu warga yang ikut mengantri mengatakan, bahwa bubur Suruh merupakan makanan khas warga sekitar Makam Sunan Bonang saat Ramadan tiba. Menurutnya, bubur ini merupakan warisan nenek moyang yang sudah sejak dulu dan rasanya gurih, sehingga berbeda dengan bubur pada umumnya.
"Sekilas bentuknya memang sama, namun jika dirasakan berbeda, karena rasanya lebih gurih. Sebab, ada daging kambing dan bumbu rempah khas Tuban yang membuat rasanya beda," ucap pria berkaca mata ini.
Ia mengaku selalu antri bubur tersebut saat Ramadan. Selain ingin menikmati kelezatannya, ia juga berharap mendapatkan berkah, karena bubur tersebut merupakan warisan leluhur yang telah ada sejak dahulu.
"Ini merupakan warisan leluhur yang tak tergilas oleh zaman. Jadi selain ingin menikmati bubur Suruh juga berharap berkah dan rejeki yang melimpah serta kesehatan," pungkasnya. (chusnul huda/hei)