Berawal Bantu Suami, Usaha Emping Jagung Hayatunnikmah Kini Jadi Nafkah Utama
- 14 September 2023 18:52
- Heri S
- Umum, Produk Unggulan,
- 1787
Tubankab - Meski telah kalah pamor dengan usaha sejenisnya, Hayatunnikmah, warga Desa Klutuk, Kecamatan Tambakboyo, Kabupaten Tuban konsisten menekuni usaha emping jagung.
Usaha yang ia tekuni ini berawal dari membantu suami untuk mencukupi ekonomi keluarga. Kini usaha yang ia rintis sejak 22 tahun lalu, menjadi nafkah utama keluarganya setelah sang suami meninggal dunia dua tahun silam.
“Saya mulai sejak tahun 2002 membantu suami. Waktu itu, anak-anak sudah pada sekolah, saya buat emping,” ucap Hayatunnikmah saat ditemui reporter Diskominfo-SP di rumahnya, Kamis (14/9).
Emping jagung menjadi pilihan Hayatunnikmah, sebab Desa Klutuk menjadi salah satu desa penghasil jagung di Kecamatan Tambakboyo. Selain itu, emping jagung juga disukai oleh semua kalangan. Apalagi, kala itu, masyarakat sekitar juga lebih memilih memanfaatkan jagung untuk dibuat nasi dan camilan marning. Sejak saat itu, ia membuat emping jagung dan menjualnya ke pasar Tambakboyo.
“Memang karena emping jagung masih jarang waktu itu, terus enak gurih dan renyah, dan tidak cepat kadaluarsa,” ungkapnya.
Reporter media ini berkesempatan untuk melihat proses pembuatan emping jagung legendaris tersebut. Dengan semangat, Hayatunnikmah menjelaskan satu per satu. Mulai dari proses pipil jagung, atau memisahkan jagung dari bonggolnya, kemudian proses perebusan, proses sangrai menggunakan pasir, proses selep, hingga penggorengan menggunakan minyak goreng, serta proses packing.
“Selep ini saya mulai tahun 2015, dulunya kita tumbuk pakai lesung, jadi lebih sedikit produksinya 6-7 kg. Dengan selep ini, jadi bisa 25 kg per hari,” terangnya.
Ia menjalankan usaha dengan dibantu 3 karyawan yang juga tetangganya. Dalam sehari sekitar 25 kilogram jagung diproses untuk menjadi emping jagung dan siap dipasarkan ke pasar tradisional atau memenuhi pesanan.
Masih menurut Hayatunnikmah, usaha empingnya juga telah mengantongi sertifikat halal dan Izin Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT) tahun 2015.
Di tahun 2021, Hayatunnikmah juga bergabung dengan Himpunan Pengusaha Mikro Kecil dan Menengah Indonesia (Hipmikindo) untuk mendapatkan penguatan terhadap usahanya, dan belajar untuk melakukan promosi.
“Di Hipmikindo saya belajar banyak hal, seperti memperluas pemasaran, serta membuat kemasan yang lebih menarik,” jelasnya.
Ia mengaku, pesanan akan mulai ramai saat datang Ramadan hingga Hari Raya Idul Fitri. Di bulan itu, ia bisa memproduksi hingga 2 kwintal. Jika di hari biasa seperti saat ini, satu bulan mencapai 1,5 kwintal. Namun, menurutnya, pada Agustus hingga September ini pesanan sangat sepi. “Uangnya banyak untuk karnaval mbak katanya,” akunya sambil tertawa.
Saat ini, selain menjual produknya di pasar tradisional, juga banyak pesanan datang dari Babat, Lamongan dan Surabaya. Namun, ia mengaku jumlah pesanan semakin berkurang. Pamor emping jagung miliknya sudah tak sebesar dulu, ketika ia menjadi yang pertama di desanya.
“Dari segi pemasaran memang saya kalah jauh dengan yang muda-muda, mereka lebih gesit, lebih inovatif, saya sudah tua. Tapi, di samping memang karena rezeki saya juga memang segini,” ucap wanita berwajah teduh ini.
Selain melayani pesanan dan menjualnya ke pedagang pasar 50 bungkus per minggu, ada mimpi besar yang ingin ia lakukan, yaitu memasarkan produknya ke toko modern. Ia mengaku masih kesulitan untuk bisa menembus pasar toko modern.
Memang, Hayatunnikmah hanya bisa memasarkan lewat layanan media sosial Whatsapp dan Facebook, atau mengandalkan tetangga dan kerabat untuk mempromosikan produknya. Ia berharap, ke depan produknya bisa menghiasi toko modern yang ada di Kabupaten Tuban.
“Saya pingin sekali, mudah-mudahan tahun ini,” harapnya.
Satu pack emping jagung miliknya dijual seharga Rp 5000. Untuk kiloan, ia mematok harga Rp 37 ribu per kg. Pembeli bisa memesan emping jagung dengan rasa legendaris milik Hayatunnikmah melalui nomor 0877-5557-3829. Selain emping jagung, Hayatunnikmah juga menjual jenang kates (pepaya). Satu kotak seharga Rp 25 ribu. (nurul jamilah/hei)