Foto : Warga saat antre bubur Muhdhor di masjid Muhdhor. (ica)

Bubur Muhdhor, Bubur Khas Timur Tengah Jadi Buruan Warga Saat Ramadan

  • 20 March 2024 14:36
  • Yolency
  • Umum,
  • 414

Tubankab - Saat bulan Ramadan, salah satu tradisi yang ditunggu oleh masyarakat Kota Tuban, khususnya warga sekitar Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Tuban adalah tradisi berbagi bubur. Masjid Muhdhor yang terletak di Jalan Pemuda ini secara gratis membagikan bubur yang juga dinamai Muhdhor kepada masyarakat. 

Sajian khusus Ramadan ini telah dilaksanakan secara turun temurun selama ratusan tahun. Pukul 15.00 WIB, sudah banyak warga yang mengantre dengan rapi untuk mendapatkan bubur khas Timur Tengah tersebut.

Abu Ba’agil Ta’mir Masjid Muhdhor menceritakan, awal mula tradisi ini muncul sekitar tahun 1937. Kala itu, salah satu tokoh masyarakat setempat yang merupakan keturunan Arab, berinisiatif untuk memberikan bubur kepada masyarakat miskin sekitar masjid Muhdhor. Semua bahan dikumpulkan di masjid, dan dikelola oleh pengurus masjid. Hal ini dilakukan secara turun temurun. 

“Dulu khusus untuk fuqara dan masakin, dan janda-janda sekitar masjid,” ungkapnya kepada reporter Diskominfo-SP, Rabu (20/03). 

Namun, seiring berjalannya waktu bubur ini memiliki banyak peminat, hingga meluas ke masyarakat umum. Bubur yang dulunya dimasak hanya 9 kilogram beras, kini mencapai 20 kilogram beras dengan berat 400 kilogram. “Bisa jadi 100 porsi lebih,” ujarnya.

Bubur khas Timur Tengah berbahan dasar beras, daging kambing, yang dicampur dengan rempah-rempah Indonesia ini mulai dimasak pukul 12.00  hingga 15.00 WIB. Pengurus masjid saling membantu untuk menyiapkan bahan dari para donatur, dan memasaknya secara bergantian. Butuh 5 sampai 6 orang untuk mengaduk bubur di dalam satu gentong besar. 

Nantinya, bubur akan dibagikan tepat pukul 16.30 WIB. Selain warga, bubur juga dibagikan ke 8 musala sekitar. Pembagian bubur akan dilakukan selama bulan Ramadan. 

Yuli (50) warga Sambong rela mengantre sejak pukul 16.00 WIB. Ia mengaku, sudah sejak kecil menjadikan aktivitas tersebut sebagai tradisi di bulan Ramadan. “Rasanya nggak enak kalo nggak ikut ngantre dan menikmati bubur ini,” katanya.

Tak beda dengan Yuli, Muhammad Agus (58) warga asli Kelurahan Kutorejo, Kecamatan Kota mengaku sudah sejak tahun 1976, ketika bulan suci Ramadan, ia selalu datang ke Masjid Muhdhor untuk mendapatkan bubur. Agus percaya, bubur tersebut membawa banyak berkah. 

“Sejak kelas 4 SD saya sering ikut ngantre sambil bawa gendok (mangkok yang terbuat dari tanah liat), saya bawa pulang dimakan bersama di rumah,” tutupnya. (nurul jamilah/hei)

comments powered by Disqus