Foto : Petani Desa/Kecamatan Plumpang saat gelar festival wiwit 2022. (nahrus)

Jaga Tradisi, Petani Plumpang Gelar Festival Wiwit

  • 05 October 2022 16:54
  • Heri S
  • Umum,
  • 1114

Tubankab - Sedikitnya 70 petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Gemah Ripah Desa Plumpang, Kecamatan Plumpang menggelar Festival Wiwit tahun 2022 di kawasan sawah njar kulon, desa setempat. Acara ini digelar selama tiga hari, dari tanggal 5 hingga 7 Oktober 2022.

Acara dibuka dengan Kirab Tanen keliling desa dan disusul dengan Umbul Donga Tanduk Wiwit, dilanjutkan dengan tongklek dan pentas wayang serta tari pada malam harinya. Hari kedua Kamis (06/10) diisi dengan penampilan tari serta pantomim dan pentas sastra, sedangkan pada hari ketiga Jumat (07/10) ditutup oleh pentas seni dari beberapa seniman lokal dan luar kota.

Ketua Kelompok Tani Gemah Ripah, Supandi, mengatakan, tidak banyak yang bisa dilakukan oleh petani kecuali menjaga tradisi yang diwariskan oleh leluhur, salah satunya Wiwit Pari ini. Sebelumnya, tradisi ini sudah sempat ditinggal tapi tiga tahun terakhir ini kembali rutin digelar oleh petani di sini.

Menurut Supandi, selama tiga tahun terakhir hasil panen dari sawah yang digarap kelompok tani Gemah Ripah ini cukup baik, khususnya tahun ini. “Ini karena tidak lepas dari suplai pupuk yang cukup dari pemerintah. Diharapkan tahun depan suplai bisa kembali maksimal,’’ ujarnya.

Pemerintah Desa Plumpang juga mendukung penuh upaya para petani untuk meningkatkan kualitas panen mereka, dengan membangun sumur baru guna mencukupi kebutuhan air irigasi. Pembangunan ini diambilkan dari dana desa yang dialokasikan untuk ketahanan pangan.

"Pembangunan sumur tersebut diambilkan 20 persen dari dana desa Plumpang, yaitu sekitar Rp200 juta dari total Rp1 miliar," ujar Kepala Desa Plumpang, Tumito.

Sekretaris Dinas Kebudayaan Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudporapar) Tuban, Drs. Danarji, MM., mengucapkan selamat kepada para petani yang akan mengawali panennya. Kegiatan tersebut juga dalam rangka mendukung ketahanan pangan masyarakat, karena saat ini hampir di beberapa belahan dunia mengalami kesulitan panen.

"Para petani wajib bersyukur karena biasanya ada hama tikus tapi saat ini sudah hampir tidak ada. Jika upaya yang dilakukan petani sudah maksimal untuk merawat tanamannya itu tidak berjalan dengan baik, maka ya diikhlaskan saja," candanya.

"Uborampe ada tumpeng lepet kupat, wayang juga sebagai wujud rasa syukur, dan menjadi budaya lokal. Mungkin kegiatan semacam ini bisa dikembangkan lagi, intinya semoga acara ini lancar, dan masyarakat Plumpang semakin sejahtera," pungkasnya. (m nahrus h/hei)

comments powered by Disqus