BUPATI TUBAN: “JANGAN BANGUN RUMAH DAN BELI MOBIL DULU, BARU BERHAJI’
- 11 July 2017 14:43
- Heri S
- Kegiatan Bupati dan Wakil Bupati,
- 1901
Tubankab - Ibadah haji merupakan puncak Rukun Islam ke-5. Kendati demikian, tidak dipungkiri masih banyak dari jemaah calon haji (JCH) yang menempatkan ibadah haji menjadi rukun Islam yang ke-4 atupun ke-3, begitu juga sebaliknya, ada yang menjadikan ibadah haji menjadi rukun Islam yang ke-7.
Pernyataan tersebut dilontarkan Bupati Tuban Fathul Huda saat memberikan sambutan dan pengarahan pada acara Bimbingan Manasik Massal II, Jemaah Calon Haji (JCH) 2017 di Graha Sandiya, Komplek Perumdin PT. Semen Gresik di Desa Bogorejo, Kecamatan Merakurak, Tuban, Selasa (11/07).
Apa yang disampaikan oleh bupati, bukan tanpa alasan. Pasalnya, banyak dari JCH yang sudah melakukan salat, puasa, namun enggan membayar zakat. Dan bahkan, kata bupati, ada juga yang sudah mampu namun enggan berhaji.
“Ada yang menjadikan ibadah haji menjadi rukun Islam ke-7. Apa itu? Bangun rumah dulu, beli mobil dulu baru berangkat haji, ini tidak boleh sebetulnya,” ungkap Huda.
Masih menurut bupati yang juga seorang ulama ini, ibadah haji merupakan ibadah yang meliputi 3 aspek ibadah yakni, hati, badan, serta harta. Hal ini, sambung Huda, karena dalam menjalankan ibadah haji yang pertama dilakukan, yakni menata hati, lalu fisiknya harus disiapkan, kemudian harus memiliki bekal.
Bupati menjelaskan, hati harus ditata dengan niat ikhlas hanya karena Allah SWT. Dalam ayat-ayat Alquran yang berkaitan dengan haji, ujar Huda, selalu didahului dengan kata “lillah”. “Semua ayat yang menerangkan haji pasti walillahi alannasi hijul bait, berbeda dengan ibadah yang lain,” terangnya.
Suami Qodriyah inipun menjelaskan makna mengapa harus lillah ini, karena ibadah haji adalah ibadah yang rawan godaan untuk tidak ikhlas. Sebab, setelah beribadah haji, maka jemaah akan memperoleh predikat al haj (haji).
“Ini tentu berbeda dengan ibadah yang lain. Orang yang puasa tidak ada yang dapat gelar shoim, begitupun orang salat gak ada yang dapat gelar musholin,” sambung Huda.
Selain keikhalasan, tutur Huda, yang harus dijaga dalam beribadah haji, yakni sifat takabur. Sebab, jika jemaah melakukan atau berpikiran yang buruk, maka akan langsung mendapat teguran dari Allah. “Selain itu fisik juga harus kita siapkan, terlebih sekarang musim panas,” pinta Huda.
Kemudian dari sisi harta atau ibadah maliyah, pria 63 tahun ini menegaskan, apabila ada kewajiban-kewajiban yang sekiranya harus dilunasi, maka segeralah dilunasi. “Haji kita mungkin sah, namun untuk diterima menjadi haji mabrur, harus ikhlas, tidak takabur, tidak riya, dan tidak ujub,” pungkas Huda. (nanang wibowo/hei)