MELONGOK PAGUYUBAN PENDERITA STROKE “OBAH SITHIK JOSS”
- 19 December 2017 14:46
- Yolency
- Kegiatan Pemerintahan,
- 1761
Tubankab - Sebuah paguyuban tidak hanya milik orang sehat dan kuat, namun orang sakit parah pun juga berhak membentuk atau mendirikan paguyuban. Di Kabupaten Tuban terdapat sebuah paguyuban khusus orang-orang yang menderita atau terkena gejala stroke.
Paguyuban Stroke yang bernama ‘Obah Sithik Joss’ ini lahir di Desa Magersari, Kecamatan Plumpang. Paguyuban yang diinisiasi oleh pihak Puskesmas Pembantu (Pustu) di Kecamatan Plumpang setahun yang lalu, itu lahir karena penyakit tersebut dianggap mereka merupakan salah satu penyakit yang menjadi pembunuh nomor satu di Indonesia.
“Untuk saat ini, penyakit tidak menular (PTM) tersebut sangat membahayakan. Atas dasar inilah Puskesmas dan para penderita stroke membentuk paguyuban,’’ ujar Winarso (50) yang dijadikan ketua dalam paguyuban stroke oleh sesama penderita dan pihak Puskesmas, mengawali ceritanya saat ditemui wartawan usai mengikuti Hari Ulang Tahun Paguyuban Stroke di Puskesmas Pembantu, Desa Magersari, Kecamatan Plumpang, Selasa (19/12).
Ia merasa bersyukur dengan adanya paguyuban stroke, lantaran dirinya yang sudah 4 tahun menyandang stroke, kini mulai berangsur pulih dan juga tidak ada rasa minder dan lebih percaya diri.
“Sangat senang dengan adanya paguyuban ini, untuk alat-alat penunjang pengobatan kalau bisa dilengkapi lagi,” pinta Winarso sedikit mengiba.
Sementara itu, Kepala UPTD Puskesmas Plumpang dr. Budi Winoto mengatakan, paguyuban ini dibentuk untuk merangkul penyandang disabilitas fisik, yakni stroke. Tujuannya, agar mereka ada motivasi untuk sembuh, dan juga memotivasi masyarakat melakukan usaha preventif terhadap stroke.
Dikatakannya, paguyuban yang di-launching pada 22 Desember 2016 silam ini, semua angotanya berasal dari penyandang stroke yang sampai dengan hari ini berjumlah sebanyak 50 orang.
Masih menurutnya, paguyuban stroke ini, tidak hanya terkait pengobatan stroke, namun juga terdapat sarasehan dalam kurun waktu sebulan sekali, serta one day stroke pada setiap Jumat.
“One day stroke itu, kita datangi rumah-rumah penyandang stroke dan tanya tentang asal muasal terkena stroke. Biasanya kita hanya bisa kunjungi 2 rumah,” beber Budi.
Lebih lanjut Budi mengatakan, pada dasarnya yang dibutuhkan oleh penyandang stroke adalah semangat untuk sembuh dan harapan. Oleh karena itu, dengan adanya paguyuban ini diharapkan mampu memupuk rasa kebersamaan antarsesama penyandang.
“Perlu adanya kesadaran dari penderita dan keluarga bahwa stroke bisa sembuh meski tidak serta merta, karena perlu waktu,” ujarnya.
Tak hanya itu, Budi juga menjelaskan bahwa pada dasarnya orang-orang yamg terkena stroke adalah orang-orang yang berdaya. Sehingga, ia mengharapkan dengan adanya paguyuban stroke ini, maka orang-orang tersebut akan kembali berdaya dan tidak menganggap diri mereka sebagai beban.
Dikonfirmasi di acara yang sama, Kepala Bagian Organisasi dan Tata Laksana (Ortala) Setda Kabupaten Tuban M. Mahmud menyampaikan, paguyuban stroke yang digagas oleh Plumpang ini merupakan yang pertama dan satu-satunya di Tuban dan Jawa Timur.
“Ini merupakan inovasi yang sangat luar biasa. Saya harap bisa mengikutkan ke lomba inovasi tingkat provinsi di waktu mendatang,” harapnya.
Tak hanya memandang paguyuban stroke sebagai inovasi belaka, Mahmud juga berujar, dengan adanya paguyuban stroke ini maka akan bisa mengubah pola hidup masyarakat. Sehingga, imbuhnya, usaha-usaha pencegahan bisa dilakukan.
“Mudah-mudahan paguyuban in bisa terus berjalan, dan memberi manfaat bagi masyarkat serta memotivasi puskesmas lainnya yang ada di Tuban,” harap Mahmud.
Perwakilan dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tuban Fatchur Rahman, sangat mendukung dengan apa yang sudah dilakukan oleh Plumpang dan akan membantu dalam kegiatan ke depan, yakni dengan cara memasukan paguyuban stroke ke dalam rencana kerja dinkes di waktu mendatang.
Minto Ichtiar, yang merupakan perwakilan dari Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos dan P3A) Kabupaten Tuban tak ketinggalan menyampaikan pendapatnya. Menurutnya, dengan dibentuknya paguyuban stroke, maka sudah mengakomodir hak-hak penyandang disabilitas yang tertuang dalam konvensi hak asasi manusia, terutama hak berorganisasi dan mengembangkan potensi diri. (nanang wibowo/hei)