PERINGATAN HGN KE-58, MENIK : TAK SEPANTASNYA ADA ANAK KEKURANGAN GIZI

Tubankab - Sedikitnya 100 orang yang terdiri dari 70 anggota Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) Kabupaten Tuban dan 30 anggota profesi lainnya memperingati Hari Gizi Nasional (HGN) ke-58 dengan cara menggelar kegiatan donor darah. Acara tersebut dihelat di Aula Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tuban, Kamis (25/01).

Ditemui pasca acara, ketua Persagi Tuban Menik Musyahada, SST menuturkan, peringatan HGN yang dilaksanakan tersebut bertujuan agar dapat membantu mengurangi angka gizi buruk yang terjadi pada anak di Indonesia. Sebab, indeks berat badan per usia anak Indonesia memiliki angka 17 persen, indeks tinggi badan per usia 27,5 persen, dan indeks tinggi badan per berat badan sebesar 11 persen. Sedangkan ambang batas angka kekurangan gizi menurut WHO secara berturut-turut adalah, 10 persen, 20 persen dan 5 persen.

“Untuk Tuban alhamdulillah kita masih di bawah ambang batas dari WHO, akan tetapi berat badan per tinggi badan indeks kita 5,6 persen. Ini yang menjadi perhatian kita bersama,” ungkap Menik.

Lebih jauh, ibu 3 orang anak ini menyampaikan, gizi buruk tidak hanya berakibat pada bentuk tubuh yang pendek, maupun kurus. Namun juga pada tingkat kecerdasan anak yang akan berimbas pada rendahnya sumber daya manusia di masa mendatang.

Berangkat dari kenyataan tersebut, Menik mengajak seluruh elemen masyarakat untuk ikut memperhatikan secara bersama-sama seribu hari pertama kehidupan bagi anak. Hal ini, sambungnya, tidak hanya menjadi kewajiban tenaga gizi semata.

“Kita berkoordinasi secara holistik integratif untuk menangani kasus-kasus semacam ini,” ujar Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Tuban ini.

Mantan Kasi Gizi pada Dinkes Tuban ini juga membeberkan, guna mencegah terjadinya gizi buruk pada anak, pemerintah melalui Dinsos dan P3A, kerap memberikan sosialisasi dan pelatihan-pelatihan yang tujuannya agar perempuan bisa diberdayakan. Dengan demikian, tutur Menik, bisa menambah pendapatan dalam keluarga, sehingga memberikan asupan gizi yang layak bagi anak.

Tak hanya itu, pemerintah juga terus meningkatkan komitmen dan kerjasama dengan berbagai pihak untuk mengurangi kasus gizi buruk, mulai dari pusat sampai dengan tingkat desa dan juga dengan dunia usaha, serta media masa.

“Sesuai pesan Presiden Jokowi, gizi merupakan investasi bangsa, jangan sampai ada lagi yang namanya gizi buruk. Tidak sepantasnya ada anak yang kekurangan gizi di negara berpendapatan menengah, seperti sekarang ini,” tukas Menik. (nanang wibowo/hei)

comments powered by Disqus