PERTAHANKAN TRADISI CHI WI KWA, BEGINI CARANYA
- 24 August 2016 14:39
- Heri S
- Umum,
- 606
Tubankab - Ratusan warga dari berbagai wilayah di Kabupaten Tuban sejak pagi hingga siang hari mulai terlihat berbondong-bondong mendatangi Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Klenteng Kwan Sing Bio Tuban, Rabu (24/08). Mereka ingin turut serta mendapatkan nasi buceng yang akan dibagikan oleh pihak panitia klenteng dengan cara diperebutkan secara massal.
Para warga pun rela antre sembari berdesakan menunggu berjam-jam nasi yang diletakkan persis di halaman depan klenteng yang terbesar se Asia Tenggara itu. Bahkan, hawa panas yang menyengat dan menguras keringat di sekujur tubuh, mereka acuhkan demi mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Bahkan, sebelum nasi mulai diperebutkan dan para umat Tri Dharma masih sedang menjalankan ritual sembahyang bersama di dalam dan luar klenteng bersimbolkan kepiting tersebut, mereka sudah mulai ‘berisik’, karena tak sabar untuk mendapatkan bingkisan yang terdiri dari nasi putih, mie instan, gula, kopi serta aneka kue tersebut.
Guna mengantisipasi kericuhan dan rusaknya bingkisan yang dikemas ke dalam kantong kresek dan diberi bendera warna kuning dan merah bertuliskan nama umat yang menyumbang, sejumlah petugas kepolisian dibantu linmas dan aparat keamaanan tempat ibadah, diterjunkan ke lokasi.
Begitu lonceng yang berada di dalam klenteng dibunyikan oleh pihak panitia, pertanda bingkisan sudah mulai bisa diperebutkan, ratusan warga yang tediri dari anak-anak hingga orang tua mulai merebutkan nasi tersebut secara bersama-sama. Tak jarang, di antara mereka ada yang terjatuh karena tersenggol warga lain. Anak-anak dan orang yang sudah lanjut usia sering tak berdaya ketika harus berdesakan dan berebutan dengan anak muda atau orangh dewasa.
Ada yang bisa mendapatkan banyak bingkisan karena membawa karung yang telah dipersiapkan dari rumah, namun ada juga yang tidak mendapatkan sama sekali karena kalah cepat dengan yang lain. Hebatnya, dalam hitungan menit, sekitar 1.000 lebih bingkisan yang direbutkan tersebut, ludes tak tersisa.
“Lumayan, mendapatkan satu karung buceng untuk dimakan bersama keluarga di rumah,’’ ujar Kustari (50), warga Desa Prunggahan, Kecamatan Semanding, Tuban, ditemui wartawan usai merebutkan nasi buceng.
Kustari tidak hanya datang sendiri, tapi dia sengaja datang bersama dua anaknya. Ini agar bisa mendapatkan banyak nasi yang akan dibagikan. Karena pihak klenteng juga tak membatasi jumlah perebut nasi yang hadir di klenteng yang menghadap ke laut itu.
Tidak hanya mendapatkan bingkisan nasi, namun warga yang kurang mampu juga mendapatkan 5 kilogram beras. Kali ini, beras-beras yang diberikan tidak dengan cara diperebutkan seperti halnya nasi, akan tetapi cukup dibagikan dengan cara warga berbaris. Namun, sebelumnya warga sudah menukar kupon yang sudah diberikan oleh pihak panitia.
Ketua Harian TITD Klenteng Kwan Sing Bio Tuban, Gunawan Putra Wirawan mengatakan, ritual sembahyang dan rebutan nasi tersebut merupakan acara Chi Wi Kwa (sedekah bumi) yang digelar umat Tri Dharma (Budha, Tao dan Kong Hucu) untuk menghormati arwah para lelulur yang telah meninggal. “Ini biasanya kami gelar setiap tahun, tujuannya agar arwah para leluhur bisa tenang,’’ tukasnya, seraya menambahkan, untuk pembagian beras sendiri merupakan kepedulian pihak klenteng terhadap warga sekitar yang kurang mampu. (wan/hei)