Foto : Presiden RI Ir. Joko Widodo saat gelar rapat koordinasi percepatan penanganan Covid-19 di Jawa Timur bersama Gubernur dan Forkopimda Jawa Timur. (agus)

Presiden Ajak Masyarakat Samakan Rasa Hadapi Covid-19

Tubankab - Presiden RI, Ir. Joko Widodo menggelar rapat koordinasi percepatan penanganan Covid-19 di Jawa Timur bersama Gubernur dan Forkopimda Jawa Timur, Kamis (25/06) di Gedung Grahadi Surabaya. Kegiatan ini juga diikuti Bupati/Walikota se-Jawa Timur; 99 rumah sakit rujukan Covid-19 serta sejumlah produsen APD secara daring. Bupati dan Wakil Bupati bersama Forkopimda mengikuti siaran rapat di Ruang Dandang Wacana Setda Tuban.

Presiden Jokowi mengajak masyarakat untuk memiliki perasaan yang sama dalam menghadapi Covid-19. Saat ini bangsa Indonesia sedang mengalami krisis kesehatan akibat Covid-19, yang juga berdampak pada berbagai sektor, salah satunya perekonomian. Dampak ini juga dirasakan negara lain yang bahkan mengalami minus pertumbuhan ekonominya. “Diperlukan keseimbangan penanganan lintas sektoral agar bisa tertangani secara komprehensif,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Presiden Jokowi mengingatkan agar warga Jawa Timur tetap waspada. Tercatat per 24 Juni, terjadi penambahan jumlah pasien positif Corona sebanyak 183 kasus sehingga total terkonfirmasi positif sebanyak 10.282 pasien. Meski demikian, harus tetap optimis karena angka kesembuhan terbilang tinggi, yaitu 31,53 persen sedangkan angka kematian 7,46 persen.

Presiden Jokowi menargetkan dalam kurun waktu 2 pekan ke depan pengendalian harus dilakukan dan terintegrasi, baik di Gugus Tugas, pemerintah provinsi, kota/kabupaten, seluruh rumah sakit, hingga pemerintah Desa. Semua sektor harus saling bersinergi dan berkoordinasi untuk menangani pandemi Covid-19. Salah satunya dengan meningkatkan jumlah rapid test dan PCR untuk menekan penyebaran Covid-19.

Presiden kelahiran Solo ini menginstruksikan Gubernur dan bupati/walikota melakukan manajemen krisis hingga ke tingkat desa. Setiap kebijakan yang ditetapkan harus berdasarkan data sains dan mengikuti saran pakar. Juga disiapkan sejumlah perencanaan untuk menghadapi situasi yang tidak terduga. “Tujuannya untuk menekan bertambahnya pasien corona dan menekan penyebarannya, sehingga masyarakat dapat dipersiapkan untuk menuju tatanan masyarakat baru (new normal),” tuturnya.

Presiden dua periode ini menjelaskan penerapan tatanan masyarakat baru dilakukan secara bertahap dan mempertimbangkan waktu yang tepat. Sebelum diterapkan dapatnya pemerintah daerah melakukan pra-kondisi di masyarakat untuk selanjutnya dievaluasi. Pada penerapan tatanan masyarakat baru, pembukaan sektor secara bertahap dan berdasarkan skala prioritas risiko. Sektor yang memiliki risiko rendah didahulukan dibanding sektor berisiko sedang maupun tinggi.

Presiden Jokowi menegaskan bantuan sosial yang disalurkan harus tepat sasaran. Pemerintah daerah diminta melakukan pengawasan hingga di tingkat terendah, hingga melibatkan RT/RW.

Sementara itu, Gubernur Jawa Timur, Dra. Hj. Khofifah Indar Parawansa, M.Si., menyebutkan hingga 24 Juni, perkembangan pandemi Covid-19 di Provinsi Jawa Timur tercatat 10.282 kasus dengan jumlah pasien meninggal dunia sebanyak 767 kasus dan pasien sembuh sebanyak 3.236 kasus; dan 6.043 pasien dalam perawatan. Pemprov Jatim juga memiliki 99 rumah sakit rujukan Covid-19 dan 1 rumah sakit darurat Covid-19. Gubernur Khofifah mengaku telah melakukan banyak hal untuk mengendalikan penyebaran Covid-19. Termasuk saat penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Surabaya Raya selama tiga tahap. Tidak hanya itu, juga mendirikan Kampung Tangguh Semeru; Desa Tangguh Bencana; maupun Pesantren Tangguh.

Mantan Menteri Sosial ini mengatakan Jawa Timur berkomitmen menjaga lumbung pangan nasional untuk 16 provinsi di wilayah Indonesia Timur. Pasalnya, produksi pangan di Jatim masih cukup tinggi dan surplus meski di tengah pandemi Covid-19. Ketersediaan bahan pokok seperti jagung, bawang merah hingga cabai rawit stoknya aman. (m agus h/hei)

Sumber : Media Center

comments powered by Disqus