Foto : Bupati Tuban H Fatchul Huda saat memberikan sambutan dalam acara Haul Sunan Bonang. (agus)

Puncak Peringatan Haul Sunan Bonang, Bupati : Islam Nusantara Bukan yang Macam-macam

Tubankab – Ribuan masyarakat memadati Alun-alun Tuban untuk menyaksikan pengajian akbar dalam rangka Haul Sunan Bonang Tuban ke-509, Kamis (20/09) malam. Kegiatan ini menjadi puncak rangkaian Haul Sunan Bonang Tuban tahun 1440 H yang diselenggarakan Yayasan Mabarot Sunan Bonang Tuban. 

Turut hadir pada pengajian kali ini Bupati Tuban, Wabup bersama istri, Sekretaris Daerah dan Forkopimda. Juga dihadiri seluruh pimpinan OPD dan camat se-kabupaten Tuban, selain itu pimpinan organisasi masyarakat di Bumi Wali Tuban.

Mengawali sambutannya, Bupati Tuban, H. Fathul Huda menyampaikan bahwa peringatan Haul Sunan Bonang bertujuan menambah wawasan mengenai perjuangan, akhlak dan ilmu Kanjeng Sunan Bonang yang mempunyai nama asli Maulana Makdum Ibrahim. 

“Melalui haul ini, kita dapat meneladani akhlak, perjuangan dan ilmu serta kesalehan Sunan Bonang Tuban,” kata bupati dalam sambutannya.

Lebih lanjut, Bupati Huda yang juga termasuk jajaran pengurus PWNU Jawa Timur ini menjelaskan, para wali memperjuangkan agama Islam dengan ilmu hikmah, kebijaksanaan, dan tanpa menyalahkan orang lain, serta mempertahankan tradisi dan budaya sepanjang tidak bertentangan dengan agama Islam. Hal ini yang dikenal dengan istilah Islam Nusantara. 

“Islam Nusantara bukan yang macam-macam, tapi Islam yang memiliki karakteristik budaya daerah setempat, tanpa meninggalkan kaidah Islam, berkat dakwah yang toleran yang diajarkan wali islam dapat tersebar ke seantero Indonesia dan menjadi percontohan dunia,” jelasnya.

Bupati juga menuturkan bahwa keberadaan Makam Sunan Bonang membawa berkah bagi masyarakat di Kabupaten Tuban. Salah satunya adalah wisata religi Sunan Bonang memberi dampak berupa 5 juta peziarah setiap tahunnya. Peziarah tersebut tidak hanya dari Kabupaten Tuban tetapi juga berasal dari berbagai wilayah di Indonesia. 

Pada kesempatan ini, bupati berpesan memasuki tahun politik agar saling menghormati dan menghargai pada Pemilu 2019 mendatang. Masyarakat diimbau untuk tidak menghina orang lain. Adanya perbedaan bukan menjadi ajang untuk saling berselisih paham maupun bertengkar.

Sementara itu, Pembina Yayasan Mabarot Sunan Bonang, KH. Kholilulrahman menceritakan bahwa pada awalnya, Haul Sunan Bonang hanya dilakukan dalam bentuk tahlilan oleh beberapa kiai. Seiring berjalannya waktu, kegiatan tersebut semakin banyak diikuti masyarakat Tuban. 

“Oleh karena itu, tahlilan yang awalnya dilakukan di rumah-rumah dijadikan satu masjid Astana Sunan Bonang dan sekarang bisa diikuti ribuan orang,” terangnya. 

KH. Kholilulrahman yang juga Rais Syuriah PCNU Tuban ini juga menuturkan bahwa melalui haul ini banyak yang memperoleh manfaat. Di antaranya adalah para penjual makanan dan minuman, pedagang, petugas pakir dan lainnya. Tidak hanya itu, dapat memberi asupan rohani kepada yang hadir dan dapat meningkatkan kadar keimanan. 

“Terima kasih kepada semua pihak dan masyarakat yang telah menyukseskan Haul Sunan Bonang Tuban ke-509,” ungkapnya.

Pengajian akbar kali ini menghadirkan Habib Abu Bakar bin Hasan dan Ketua PWNU Jawa Timur, KH. Marzuki Mustamar. Adapun materi ceramah yang disampaikan dapat disimpulkan menjadi 3 hal. Pertama, pengetahuan yang didakwahkan oleh Sunan Bonang mengajarkan sifat toleransi dan saling menghargai tanpa membedakan agama, ras, maupun suku. Hal tersebut selaras dengan ahlussunnah wal jemaah (Aswaja). 

Kedua, radikalisme dan terorisme dapat mengancam integrasi nasional dan menjadi musuh bersama bagi keutuhan bangsa Indonesia. Ketiga, NKRI merupakan keputusan final bagi bangsa Indonesia. (m agus h/hei)

Sumber : Media Center

comments powered by Disqus