Ranggalawe 2025 : Tenun Gedhog Tuban Jadi Sorotan dalam Simpul Budaya Nusantara di Yogyakarta
- 18 July 2025 19:35
- Heri S
- Kegiatan Pemerintahan,
- 40
Tubankab — Warisan tekstil khas Tuban kembali menggaung di panggung nasional lewat Pameran Budaya Ranggalawe: Benang Merah Keanekaragaman Bio-Kultural Sandang Nusantara yang diselenggarakan di Pusat Desain dan Industri Nasional (PDIN) Yogyakarta, 18–27 Juli 2025. Pameran ini merupakan kulminasi dari riset dan pendampingan Yayasan Sekar Kawung selama lebih dari satu dekade di berbagai desa Nusantara—termasuk di Kerek, Kabupaten Tuban.
Plt. Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian (Disnakerin) Tuban, Suwito, yang hadir langsung di lokasi pameran bersama Kepala Bidang Perindustrian, Eryan Dewi Fatmawati, Jumat (18/07) mengungkapkan apresiasinya atas kontribusi luar biasa masyarakat Kerek dan komitmen Sekar Kawung dalam menjaga serta mengembangkan warisan budaya lokal. "Pameran ini bukan hanya memamerkan produk, tetapi merangkai ulang jejak sejarah, jalur perdagangan, hingga kekayaan bio-kultural yang pernah hidup dan kini dihidupkan kembali dengan pendekatan partisipatif lintas generasi," ujar Suwito.
Sejak 2021, Kelompok Batik Mawar Biru di Desa Gaji, Kecamatan Kerek, Tuban telah mendapatkan pendampingan intensif dari Yayasan Sekar Kawung dengan dukungan Dana Indonesiana – Kemenkebud RI dan Maybank Foundation. Hasil dari proses panjang ini kini dipresentasikan secara elegan di tiga zona utama pameran: ruang arsip, ruang seni kontemporer, dan ruang bazar.
Nama "Ranggalawe" diambil dari kata Rangga (merah) dan Lawe (benang), menjadi simbol benang merah penghubung narasi budaya dari desa ke desa: dari Sungai Utik (Kalimantan Barat), Lambanapu (Sumba Timur), Dukuh (Bali), Beringin Tinggi (Jambi), Karangasem (Klaten), hingga Kerek (Tuban). Sekar Kawung menghadirkan jejak dokumentasi itu dalam Ruang Arsip Perjalanan, yang menampilkan riset, alat tenun tradisional, dan koleksi kain asli.
Salah satu momen istimewa yang akan ditampilkan adalah karya hasil kolaborasi antara 12 Putra-Putri Batik Tuban dengan seniman internasional Arahmaiani. Karya ini menjadi simbol kekuatan kolektif antara generasi muda lokal dan ekspresi seni kontemporer yang berdialog dengan tradisi.
Sementara itu, Ruang Seni Kontemporer menampilkan respon artistik dari seniman-seniman nasional seperti Andi Firda Arifa, Annisa Yuniar, Arfi Setiawan, Gogon, hingga kolaborasi antara Mak Jasmi – Mak Suriah dengan Putra-Putri Batik Tuban, hasil dari lokakarya langsung di Kecamatan Kerek.
Kain tenun gedhog khas Tuban tak hanya tampil sebagai artefak budaya, tetapi juga sebagai material utama dalam berbagai produk olahan di Ruang Bazar, mulai dari busana modern, boneka kapas Tuban, hingga aksesoris ramah lingkungan. “Tenun ini bukan hanya estetik, tetapi naratif. Ia membawa cerita kapas yang ditanam, dipintal, dan ditenun oleh tangan masyarakat lokal,” terang Suwito.
Pengunjung juga dapat mengikuti rangkaian workshop interaktif yang dirancang untuk memperkenalkan teknik dan nilai budaya dalam proses produksi tenun gedhog:
Kelas Tenun (22–24 Juli): beasiswa pelatihan menenun selama 3 hari.
Workshop Membuat Boneka Ikan Pari (19 Juli): menggunakan kain gedhog dan bahan alami.
Lokakarya Sulam Kambuli (20 Juli): menyulam motif batik Tuban dengan benang alami khas Sumba.
Workshop Daur Pakai Jeans (26 Juli): mengolah denim bekas menjadi produk baru dengan sentuhan tenun gedhog.
Setiap hari, Galeri Tur juga diadakan bagi pelajar dan masyarakat umum, sebagai upaya edukasi dan regenerasi nilai budaya tekstil di kalangan muda.
Pameran ini merupakan hasil kolaborasi antara Yayasan Sekar Kawung, Dinas Perindustrian Kota Yogyakarta, Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian (Dinaskerin) Kabupaten Tuban, dan mitra-mitra strategis lainnya. Sekar Kawung tidak hanya menekankan sisi estetika, tetapi juga keberlanjutan: mengedukasi masyarakat tentang bahaya fast fashion, pentingnya tekstil alami, dan emisi karbon dari industri sandang modern.
Mantan Camat Soko ini menutup dengan optimisme. “Kami berharap ini menjadi awal dari lompatan industri kreatif berbasis bio-kultural di Tuban. Dengan menjaga tradisi, kita sedang membangun masa depan,” harap Suwito.
Dihubungi terpisah Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Tuban, Aulia Hany Mustikasari, menyampaikan apresiasi dan rasa bangganya atas tampilnya karya-karya kreatif anak-anak muda Tuban dalam Pameran Budaya Ranggalawe 2025 di Yogyakarta. Ia menegaskan, keterlibatan generasi muda tidak hanya menjadi pelengkap, melainkan bagian penting dari transformasi budaya yang berkelanjutan.
“Ini adalah karya anak-anak muda Tuban. Bukan hanya batik dan tenunnya yang dibawa ke pentas nasional, tapi juga semangat, ide, dan potensi dari SDM-nya. Mereka membuktikan bahwa usia bukan batasan untuk berkarya dan terlibat dalam forum besar. Ini adalah kebanggaan sekaligus peluang bagi mereka untuk membuktikan kualitas,” ujarnya.
Menurut Hany, keikutsertaan generasi muda dalam proses kreatif, dari produksi hingga kolaborasi seni, menunjukkan bahwa tenun gedhog bukan sekadar keindahan visual, tetapi juga memiliki kekuatan identitas, narasi, dan daya inovasi. Mereka bukan sekadar pengrajin, tetapi juga kreator yang mampu menjawab tantangan zaman.
“Kita tidak hanya bangga pada hasil akhir produknya, tetapi juga pada proses di baliknya—yang melibatkan tangan-tangan muda penuh dedikasi. Dan ini menunjukkan bahwa SDM Tuban mampu beradaptasi dan membangun relasi lintas komunitas dan lintas disiplin,” lanjut Hany.
Ia menambahkan bahwa Dekranasda Tuban berkomitmen untuk tidak stagnan, tetapi justru harus menjadi ruang yang hidup, kreatif, dan terbuka terhadap kolaborasi lintas usia, generasi, maupun sektor.
“Harapan saya, Dekranasda tidak boleh monoton. Kita harus terus berkreasi dan berinovasi, terutama dengan menggandeng generasi muda. Pemerintah Kabupaten Tuban melalui berbagai program membuka ruang partisipasi yang setara. Tidak ada diskriminasi karena usia, dan pameran ini adalah bukti nyata bahwa ketika anak-anak muda diberi ruang, mereka mampu bersinar,” tegasnya.
Dengan spirit kolaboratif ini, Dekranasda Tuban akan terus memperkuat posisi kerajinan lokal tidak hanya di pasar, tapi juga dalam wacana budaya yang progresif. Tenun gedhog Tuban, menurutnya, kini telah menjadi simbol kualitas dan daya saing SDM lokal yang siap tampil di panggung nasional dan internasional. (dadang bs/hei)