ASN Belajar Seri 23 Soroti Peran ASN sebagai Penjaga Narasi Digital Bangsa
- 19 June 2025 13:57
- Yolency
- Kegiatan Pemerintahan,
- 442
Tubankab – Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Jawa Timur kembali menyelenggarakan program ASN Belajar yang telah memasuki seri ke-23, Kamis (19/06).
Kegiatan yang dilaksanakan secara daring melalui Zoom Meeting dan disiarkan langsung di kanal youtube BPSDM Jatim TV ini mengangkat tema “Narasi di Ujung Jari: Media Sosial dan Masa Depan Negeri.”
Program ini menjadi salah satu ikhtiar BPSDM Jatim dalam membekali aparatur sipil negara (ASN) dengan kecakapan digital serta literasi komunikasi yang adaptif terhadap perkembangan zaman.
Kepala BPSDM Jatim, Dr. Ramliyanto, S.P., M.P., dalam sambutannya menekankan pentingnya kesadaran ASN dalam membangun narasi publik yang sehat dan beretika di ruang digital.
"Di era digital ini, suara tidak lagi membutuhkan panggung spektakuler untuk didengar. Cukup satu unggahan, satu cuitan, satu video pendek, dan dunia akan bereaksi," ujarnya.
Ia mengingatkan bahwa media sosial ibarat cermin bangsa. "Namun cermin itu bisa buram, bahkan retak, jika yang kita pantulkan adalah kabar palsu, ujaran kebencian, atau sensasi tanpa makna," tambahnya. Oleh karena itu, ia mengajak seluruh ASN menjadi pemengaruh etis yang menebarkan nilai-nilai kebangsaan, empati, kolaborasi, dan literasi.
Kegiatan ini juga diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Media Sosial Nasional yang jatuh setiap 10 Juni. ASN Belajar Seri 23 menghadirkan tiga narasumber berkompeten yang memberikan sudut pandang kritis dan strategis terhadap penggunaan media sosial di lingkungan birokrasi.
Akhyari Hananto, SE., MBA., Pendiri dan Direktur GNFI Group, menyoroti pentingnya konsistensi dalam membangun narasi positif. “Narasi yang baik dan benar tidak hanya membentuk citra bangsa di dalam negeri, tapi juga memperkuat reputasi Indonesia di mata dunia. ASN punya peran besar dalam ini,” ujarnya.
Sementara itu, Dodi Krismawan, Co-Founder Eventori, menyampaikan bahwa ASN juga perlu membangun personal branding yang kuat. “ASN harus mulai melihat dirinya sebagai bagian dari wajah lembaga. Bukan sekadar pelaksana, tapi juga komunikator publik,” tegasnya.
Dr. Suko Widodo, Drs., M.Si., Dosen FISIP Universitas Airlangga dan Ketua Umum Perhumas Surabaya Raya, menambahkan bahwa ASN perlu memahami cara kerja algoritma media sosial agar tidak menjadi korban disinformasi. “Komunikasi publik yang baik harus berbasis data, etika, dan empati. Itu bekal utama ASN hari ini,” katanya.
Antusiasme peserta tampak tinggi sepanjang kegiatan berlangsung. Ribuan ASN dari berbagai instansi pemerintah turut serta secara aktif dalam forum ini, menunjukkan bahwa isu literasi digital dan narasi publik telah menjadi perhatian serius di kalangan birokrasi.
ASN Belajar Seri 23 diharapkan menjadi ruang reflektif sekaligus ruang pembelajaran bagi ASN untuk semakin memahami bahwa peran mereka bukan sekadar menjalankan kebijakan, tetapi juga menjaga kepercayaan publik lewat narasi-narasi yang sehat dan mencerahkan.
“Setiap unggahan ASN bukan sekadar opini pribadi, tetapi membawa konsekuensi untuk negeri. Maka dari itu, ASN harus cakap sekaligus bijak,” tutup Dr. Ramliyanto.
Dengan semangat kolaboratif dan transformasi digital, BPSDM Jatim menegaskan komitmennya dalam menghadirkan topik-topik pengembangan kompetensi yang kontekstual, solutif, dan berdampak langsung terhadap penguatan kapasitas ASN sebagai garda terdepan pelayanan publik di era digital. (*/dadang bs/hei)