Dinkes P2KB Tuban Gelar Diseminasi Audit Kasus Stunting, Ini Tujuannya
- 10 December 2024 17:00
- Heri S
- Kegiatan Pemerintahan,
- 236
Tubankab - Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Tuban menyelenggarakan Diseminasi Audit Kasus Stunting (AKS) untuk percepatan penurunan kasus stunting di Kabupaten Tuban di Gedung Korpri Tuban, Selasa (10/12).
Kepala Bidang Pengendalian Penduduk pada Dinkes (P2KB) Tuban, Harsono Tri Asworo, dalam sambutan pembukaan, menyampaikan Diseminasi AKS merupakan kegiatan menyebarkan hasil analisis dan informasi terkait kasus stunting kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Kegiatan ini merupakan bagian dari program percepatan penurunan stunting.
Tujuan diseminasi tersebut, lanjutnya, untuk menginformasikan hasil kajian AKS kepada organisasi masyarakat dan pihak-pihak terkait. Hasil kajian ini mencakup rekomendasi dan identifikasi sasaran ibu hamil, ibu pascapersalinan, anak yang berusia di bawah dua tahun atau sekitar 0-24 bulan (baduta), dan anak-anak usia 0-5 tahun (balita).
Setelah memahami hasil kajian AKS, tambahnya, organisasi masyarakat dan pihak terkait diharapkan dapat menindaklanjuti hasil tersebut untuk berkontribusi dalam upaya penurunan stunting.
Berdasarkan penuturannya, stunting bukan hanya masalah kesehatan, tetapi juga masalah sosial dan ekonomi. Untuk itu, perlu bekerja sama dan berkolaborasi dengan semua pihak, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat, dalam mengatasi masalah ini.
Ditegaskan, sinergi antara pemerintah kabupaten hingga tingkat desa, menjadi kunci percepatan penyelesaian masalah stunting. Oleh karena itu, kolaborasi ini harus terus dijaga dan ditingkatkan.
“Semoga kegiatan ini dapat berjalan lancar dan memberikan manfaat yang nyata bagi masyarakat Kabupaten Tuban, khususnya dalam upaya memperbaiki kondisi kesehatan anak-anak di daerah," asanya.
Lebih lanjut, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Tuban periode 2021-2024, dr. Syaifuddin Zuhri, Sp.OG., dalam paparannya menjabarkan tentang beberapa faktor risiko penyebab stunting, antara lain Kekurangan Energi Kronis (KEK), hamil terlalu muda/tua, pola makan, anemia, kehamilan tak diinginkan, Indeks Masa Tubuh (IMT) kurang, kehamilan terlalu dekat/banyak, dan sosial ekonomi. Selanjutnya, memberikan beberapa contoh kasus stunting beserta perkembangannya.
Zuhri lantas memberikan rekomendasi umum untuk pencegahan stunting antara lain pentingnya Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) secara rutin dalam deteksi dini resiko pada ibu sehingga bisa dilakukan penanganan sedini mungkin, mengoptimalkan perawatan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) untuk pencegahan timbulnya kasus stunting baru, calon pengantin (catin) hendaknya melakukan skrining kesehatan pra nikah, serta pemeriksaan feses (FL) pada catin dan ibu hamil KEK atau Anemia.
Selebihnya, pemeriksaan USG dengan pengukuran pajang ekstrimitas untuk deteksi dini pertumbuhan janin terhambat dan penanganan gizi pada catin diperlukan untuk mencegah terjadinya Bumil KEK yang merupakan faktor risiko terjadinya balita stunting.
"Oleh karena itu, perlu dilakukan intervensi spesifik maupun sensitif yang melibatkan lintas program dan lintas sektor terkait," ungkap dokter kandungan tersebut.
Pada kesempatan yang sama, dokter spesialis anak, dr. Noverita, Sp.A, Msi.Med., juga memberikan rekomendasi antara lain jika ditemukan kurva balita pada buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) mengalami penurunan selama dua bulan berturut-turut, untuk dirujuk agar segera dilakukan penanganan, pengenalan makanan baru dicoba sampai 15 kali sebelum menyimpulkan anak tidak suka, pola asuh dan pola makan yang baik bisa meningkatkan status gizi anak, serta bijak penggunaan gawai pada anak baduta.
Selanjutnya, perlunya informasi secara detail terkait riwayat gizi baik ibu hamil atau balita untuk melakukan identifikasi kasus penyebab stunting, wacana pemberian label di setiap rumah yang mempunyai balita stunting untuk penandaan intervensi stunting, dan kunjungan rumah untuk orang tua yang kurang memperhatikan tumbuh kembang anak dikarenakan adanya stressor yang memengaruhi orang tua tersebut. (yeni dh/hei)