Foto : Gubernur Jatim saat pimpin rakor ketahanan pangan. (ist)

Gubernur Jatim Pimpin Rakor Ketahanan Pangan, Optimistis Jatim Pertahankan Produksi Beras Tertinggi Nasional di 2025

Tubankab – Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, memimpin Rapat Koordinasi (Rakor) Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jumat (14/03).

Rakor ini dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan RI Agus Harimurti Yudhoyono, Menteri Koordinator Bidang Pangan RI Zulkifli Hasan, serta para kepala daerah se-Jatim, termasuk Wakil Bupati Tuban, Drs. Joko Sarwono.

Dalam rakor tersebut, Khofifah optimistis Jawa Timur mampu mempertahankan posisinya sebagai provinsi dengan produksi beras tertinggi di Indonesia pada 2025. Bahkan, tahun ini diharapkan terjadi peningkatan produksi padi sehingga target produksi Gabah Kering Panen (GKP) nasional sebesar 12,7 juta ton dapat tercapai.

“Kita optimistis bisa mencapai target peningkatan GKP sebanyak 12,7 juta ton jika 488.379 hektare lahan kurang produktif dapat dioptimalkan dan terairi dengan baik,” ujar Khofifah.

Ia menekankan bahwa Jawa Timur telah menjadi provinsi penghasil padi terbesar di Indonesia selama lima tahun berturut-turut. Pada 2020, produksi padi Jatim mencapai 9,94 juta ton GKP, setara dengan 5,74 juta ton beras. Angka tersebut sedikit menurun pada 2021 dengan produksi 9,79 juta ton GKP atau 5,65 juta ton beras, dan 9,53 juta ton GKP atau 5,5 juta ton beras pada 2022. Namun, pada 2023 terjadi peningkatan kembali menjadi 9,71 juta ton GKP atau 5,61 juta ton beras.

Untuk mencapai target yang telah ditetapkan pemerintah pusat, Khofifah menekankan pentingnya optimalisasi alat dan mesin pertanian (alsintan). Menurutnya, penggunaan combine harvester untuk panen dan dryer untuk pengeringan akan mengurangi kehilangan hasil panen serta meningkatkan kualitas beras menjadi kategori premium.

"Ketika padi tidak mendapatkan pengeringan yang baik, kadar airnya tinggi dan berisiko patah saat digiling. Akibatnya, padi yang seharusnya berkualitas premium bisa turun menjadi medium," jelasnya.

Selain itu, Khofifah memastikan bahwa Jawa Timur juga merupakan produsen utama jagung, kedelai, bawang merah, cabai besar, dan cabai rawit di Indonesia. Ia menegaskan, menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), pasokan komoditas tersebut dalam kondisi aman.

“Proyeksi ketersediaan selama Maret hingga April ini aman. Beras, jagung, kedelai, bawang merah, cabai besar, dan cabai rawit dalam kondisi surplus,” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Pangan RI, Zulkifli Hasan, mengungkapkan bahwa total produksi beras dari Januari hingga April 2025 diproyeksikan mencapai 13,95 juta ton. Sementara itu, total konsumsi beras pada periode yang sama diperkirakan sebesar 10,36 juta ton.

“Neraca produksi dan konsumsi dari Januari hingga April 2025 mengalami surplus sebesar 3,59 juta ton,” jelas Zulkifli Hasan.

Ia meminta para bupati untuk turun langsung ke lapangan guna memastikan panen berjalan optimal dan harga bahan pokok tetap stabil menjelang HBKN.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menegaskan komitmennya untuk mendukung ketahanan pangan dengan mengoptimalkan infrastruktur irigasi di Jawa Timur.

“Pembangunan infrastruktur menjadi modal penting dalam mendukung ketahanan pangan. Kami siap mengoptimalkan saluran irigasi untuk mendukung produksi pertanian,” ujarnya.

Beberapa proyek yang menjadi perhatian dalam upaya ini meliputi pembangunan Bendungan Bagong di Trenggalek dan Bendungan Karangnongko di Bojonegoro. (*/dadang bs/hei)

comments powered by Disqus