Foto : Warga Larsari saat gelar maleman. (dadang)

Tradisi Maleman di RT 2/ RW 6 Latsari : Pererat Silaturahmi dan Maksimalkan Ibadah di Akhir Ramadan

  • 24 March 2025 22:18
  • Heri S
  • Umum,
  • 53

Tubankab – Malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadan menjadi momen istimewa bagi umat Islam. Pada malam-malam tersebut, masyarakat meyakini adanya turunnya Lailatul Qadar dan menjadikannya waktu yang tepat untuk memperbanyak ibadah serta berkirim doa kepada leluhur.

Di Jawa, terdapat tradisi Maleman yang masih lestari di tengah masyarakat. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Maleman adalah selamatan atau kenduri yang diadakan pada malam-malam ganjil di bulan Ramadan, terutama menjelang Lebaran. Tradisi ini menjadi sarana mempererat kebersamaan dan menumbuhkan nilai-nilai keagamaan di lingkungan masyarakat.

Di RT 2 /RW 6 Kelurahan Latsari, Tuban, Maleman digelar pada Senin (24/03). 

Ketua RT 2, Zali Hartono, menyampaikan bahwa kegiatan ini bukan sekadar ajang silaturahmi, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan kepada para pendahulu. "Warga membawa makanan ‘berkat’ kenduri yang dikumpulkan, lalu setelah doa dan tahlil bersama, makanan ini dibagikan kembali kepada seluruh warga, baik yang hadir maupun yang berhalangan," jelasnya.

Sebagai anggota Kodim 0811 Tuban, Zali Hartono juga mengapresiasi kekompakan dan kebersamaan yang terjalin antarwarga dalam menyukseskan acara ini. "Terima kasih atas semangat gotong royong yang terus dijaga. Semoga tradisi ini tetap lestari dan membawa keberkahan bagi kita semua," tambahnya.

H. Darno, salah satu tokoh masyarakat, turut memberikan pandangannya terkait acara ini. Ia menegaskan bahwa Maleman adalah momentum untuk mempererat persaudaraan  dan mendoakan para pendahulu agar mendapat ampunan Allah SWT. "Semoga kebersamaan ini terus terjaga, dan di penghujung Ramadan ini kita semua mendapat berkah serta kesempatan meraih Lailatul Qadar," ujarnya.

Selain doa bersama, acara ini juga diisi dengan tausiyah dari Ustaz Zainal Arifin. Dalam ceramahnya, ia mengingatkan bahwa puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga menjadi ajang penyucian diri, baik secara fisik maupun spiritual. "Ada banyak orang yang berpuasa, tetapi hanya mendapatkan lapar dan haus saja karena ibadahnya tidak maksimal. Kita harus memastikan bahwa puasa kita bernilai pahala dengan menjaga lisan, memperbanyak zikir, membaca Alquran, serta menghindari hal-hal yang dapat mengurangi nilai ibadah," pesannya.

Ia juga menekankan bahwa sepuluh hari terakhir Ramadan adalah waktu yang sangat berharga untuk meningkatkan ibadah. "Jangan sampai kita melewatkan kesempatan ini dengan hal yang sia-sia. Perbanyak salat malam, doa, dan amalan baik lainnya agar kita mendapatkan keberkahan, bahkan mungkin bertemu dengan malam Lailatul Qadar yang lebih baik dari seribu bulan," tuturnya.

Kegiatan Maleman ini ditutup dengan doa bersama, memohon ampunan bagi para leluhur, keberkahan bagi warga, serta kemudahan dalam menjalani ibadah hingga akhir Ramadan.(dadang bs/hei)

comments powered by Disqus