UMKM D’Kayateen: Kisah Inspiratif Pengusaha UMKM dari Palang Tuban hingga Mendunia
- 19 December 2024 14:05
- Yolency
- Umum,
- 158
Tubankab - Bermula dari pelatihan sederhana pada 2015, Sri Kayatin, warga Desa Dawung, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban, sukses mengubah bahan baku bahari menjadi produk UMKM berkualitas tinggi. Melalui merek D’Kayateen, ia kini dikenal sebagai pelopor berbagai produk olahan berbasis hasil laut dan kacang, yang sukses menembus pasar lokal hingga nasional.
Awalnya, usaha ini hanya memproduksi kerupuk ikan sederhana dengan harga Rp 800 per bungkus yang dititipkan di toko-toko sekitar rumah. "Dulu sering dicemooh karena berjualan kerupuk kecil-kecilan, tapi saya terus berinovasi," kenang Sri Kayatin kepada reporter, Kamis (19/12).
Meski menghadapi banyak rintangan, semangatnya tidak surut. Pelatihan pembuatan kerupuk ikan yang ia ikuti menjadi titik balik dalam perjalanan bisnisnya.
Seiring waktu, D’Kayateen berkembang pesat. Kini, produk andalannya meliputi kerupuk ikan, rajungan, cumi-cumi, kelor, rengginang dengan delapan varian rasa, hingga kacang sangrai menjadi favorit pembeli di seluruh Indonesia. Kacang sangrai D’Kayateen bahkan viral di TikTok dan berhasil terjual habis meski harganya premium.
Adapun untuk harga, produk D’Kayateen dipasarkan dengan harga yang bersahabat. Untuk kemasan kerupuk 25 gram, harga eceran dipatok Rp12 ribu, sedangkan untuk reseller diberikan harga lebih murah, yakni Rp10 ribu. Sementara itu, rengginang mentah dalam kemasan 250 gram dijual dengan harga Rp10-11 ribu, yang memungkinkan reseller menjualnya kembali di kisaran Rp12-13 ribu. Strategi harga ini membantu D’Kayateen memperluas jangkauan pasarnya, baik untuk konsumen langsung maupun mitra reseller.
Pada pertengahan 2023, Sri Kayatin kembali berinovasi dengan menghadirkan kerupuk rambak cumi, memanfaatkan limbah cumi segar dari pabrik di Kradenan. "Limbah ini masih bagus, ada daging cumi yang bisa diolah. Saya memanfaatkan itu untuk bahan baku produk saya," ujarnya.
Selain itu, kerupuk kelor yang berbahan daun kelor di sekitar rumahnya juga menjadi salah satu produk unggulan.
Strategi dan tantangan D’Kayateen memasarkan produknya melalui reseller, swalayan di Tuban, Mirota Surabaya, dan platform daring seperti TikTok. Dengan bantuan satu staf khusus pemasaran di TikTok, usaha ini mencatatkan omzet tinggi pada masa Ramadan.
Namun, imbuh perempuan kelahiran 1973 itu, tantangan dalam berwirausaha tetap ada, utamanya saat musim hujan yang memengaruhi kualitas produk karena proses pengeringan tidak maksimal. "Hasil jemur dengan sinar matahari terbaik, jadi saya harus memproduksi stok besar-besaran saat musim panas," jelasnya.
Saat ini, D’Kayateen mempekerjakan enam karyawan dari warga sekitar. Sri Kayatin berharap pemerintah dapat membantu memperluas akses pasar produknya, termasuk masuk ke jaringan swalayan besar seperti Indomaret dan Alfamart.
Dengan penjualan yang laris di pasar luring, dan pencapaian viral di dunia maya, D’Kayateen membuktikan bahwa inovasi dan kerja keras adalah kunci sukses. Sri Kayatin bercita-cita membawa produknya menembus pasar ekspor. "Saya akan sangat bersyukur jika Pemkab membantu kami masuk ke swalayan besar dulu sebelum menargetkan pasar ekspor," ungkapnya. (yulia/yavid/hei)