Video Viral Ikan Mati Terkontaminasi Limbah Ternyata Hoaks, Ini Penjelasan DKP2P Tuban
- 14 September 2023 14:15
- Heri S
- Kegiatan Pemerintahan,
- 7329
Tubankab - Beredar video viral yang menunjukkan banyaknya ikan yang mati di depan Hotel Purnama atau sepanjang pantai, Jalan Tuban-Semarang pada Selasa (12/09) kemarin.
Pada pesan yang disebar melalui media sosial WhatsApp menyebutkan bahwa ikan yang ditangkap nelayan tersebut mati akibat terkontaminasi limbah dari Jepang.
Menanggapi kabar tersebut, Kepala Bidang Perikanan DKP2P Tuban, Linggo Indarto menyatakan bahwa hal tersebut tidak benar alias hoaks. Pihaknya telah memanggil nelayan yang bersangkutan untuk menjelaskan kronologi atas video tersebut. Nelayan tersebut berasal dari kelurahan Karangsari bernama Sutrisno. Selain itu, juga dihadirkan Rukun Nelayan Karangsari sebagai organisasi yang menaungi nelayan tersebut.
“Berdasarkan penjelasan dari Bapak Sutrisno dan rukun nelayan, ikan yang ditangkap dari laut dalam kondisi sehat dan segar,” ungkapnya, Kamis (14/09).
Lebih lanjut, jumlah ikan yang ditangkap berjenis Jabal Roti atau Manyung dengan total bobot mencapai 2 ton. Kemungkinan banyaknya ikan yang ditangkap karena sedang dalam masa pemijahan (peristiwa keluarnya telur dari ovum ikan betina dan sperma dari ikan jantan). Kondisi ini menyebabkan ikan mencari tempat yang nyaman untuk bertelur. Sehingga naik ke permukaan dan ditangkap oleh nelayan. Seminggu sebelum kejadian, ada laporan masyarakat yang sempat menangkap ikan yang sama dalam jumlah 1 ton.
"Jadi mungkin ini sedang pemijahan sehingga banyak nelayan yang menangkap ikan dengan kuantitas yang tinggi,” jelasnya.
Linggo berharap warga tidak mudah percaya dengan informasi belum jelas kebenarannya. Informasi yang tidak valid dan disebarkan akan sangat merugikan nelayan. Pihaknya juga telah berkoordinasi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur mengenai viralnya berita tersebut.
Perwakilan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur, Agus Supriyanto diperintahkan pimpinannya mengambil sampel ikan yang ditangkap untuk dibawa dan diperiksa di laboratorium. Dari pengamatan awal, tidak ditemukan adanya indikasi ikan tersebut terkontaminasi limbah.
“Ikan ditangkap dalam kondisi hidup dan segar,” serunya.
Nelayan penangkap ikan, Sutrisno, menceritakan kronologi saat proses penangkapan ikan tersebut. Ia sehari-hari menangkap ikan jenis teri nasi. Pada hari itu, setelah mencari ikan dan hendak kembali ke darat, Sutrisno melihat permukaan air agak keruh dan berwarna kemerahan tanda adanya aktivitas gerombolan ikan. Secara spontan ia melempar jaringnya dan menangkap ikan tersebut.
“Akhirnya jaring saya rusak pada beberapa bagian, monggo kalau mau dilihat,” tuturnya.
Ia juga meminta bantuan rekan nelayan lain untuk memuat ikan tangkapannya yang diperkirakan jumlahnya mencapai 2 ton. Setibanya di darat, ikan langsung disetorkan ke salah satu pengepul untuk dijual. Ia juga membagikan ikan tangkapannya kepada tetangga dan rekan sesama nelayan untuk dikonsumsi.
Sutrisno merasa sedih saat mengetahui berita tentang hasil tangkapannya yang diisukan mati karena terkontaminasi limbah. Sebelum kejadian tersebut, ia sempat mendengar rekan nelayan memperoleh ikan dengan hasil yang banyak namun tidak diisukan negatif.
“Kenapa saat saya mendapat ikan tersebut malah diisukan yang tidak-tidak,” tuturnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Rukun Nelayan Karangsari, Slamet Widodo menyatakan bahwa ia juga menerima dan mengonsumsi ikan hasil tangkapan Sutrisno. Ia dengan tegas menyatakan bahwa ikan yang ditangkap adalah ikan yang sehat, segar, dan tidak terkontaminasi limbah.
“Selama dua hari saya bersama keluarga, anak, tetangga, dan nelayan lain mengonsumsi ikan tersebut tidak ada yang mengalami keracunan atau gejala yang lain,” tegasnya.
Slamet Widodo mengatakan berita bohong yang menyebutkan ikan Tuban terkontaminasi limbah nuklir atau zat berbahaya lainnya sangat merugikan nelayan maupun pelaku usaha lain yang memanfaatkan ikan laut. (m agus h/hei)