Inovasi Pangling Puskesmas Grabagan Kini Beri Layanan Lengkap Pada Masyarakat
- 30 September 2025 14:04
- Yolency
- Kegiatan Pemerintahan,
- 23
Tubankab – Inovasi pelayanan kesehatan jemput bola milik UOBF Puskesmas Grabagan terus berkembang sejak diluncurkan pada 2022. Program yang semula hanya menyediakan layanan pengobatan umum dan pemeriksaan gigi itu, kini semakin diperluas dengan menyasar kelompok rentan seperti penyandang disabilitas dan pasien dengan gangguan jiwa (ODGJ).
Perihal tersebut menjadi sorotan utama dalam Dialog Eksklusif LPPL Pradya Suara Tuban bertema “Pangling: Peduli Tanpa Batas untuk Masyarakat Sehat” pada Selasa (30/9).
Hadir sebagai narasumber Kepala UOBF Puskesmas Grabagan, drg. Hariyati Pujiastutik, bersama Penanggungjawab Inovasi Pangling, Ony Suryono, A.Md.Farm.
Menurut Kepala UOBF Puskesmas Grabagan, “Pangling” merupakan singkatan dari Pengobatan Umum dan Pemeriksaan Gigi di Layanan Puskesmas Keliling. Layanan ini dilaksanakan rutin setiap hari Rabu dengan sistem bergilir dari desa ke desa. “Sejak awal kami hanya melayani delapan desa, namun karena antusiasme masyarakat terus meningkat, sekarang semua 11 desa di Kecamatan Grabagan sudah terkover,” jelasnya.
Seiring berjalannya waktu, dikatakan Hariyati, inovasi ini mengalami sejumlah lompatan penting. Pada 2023, cakupan desa bertambah dan dukungan sarana transportasi meningkat setelah Puskesmas mendapatkan tambahan armada ambulans dari Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Tuban. Tak berhenti di situ, pada 2024, “Pangling” menjalin kerja sama dengan rumah sakit swasta Medika Mulia Tuban dan Klinik Mata dr. Haryo di Bojonegoro untuk menghadirkan pemeriksaan mata, termasuk kasus katarak. Adapun pada 2025, layanan berkembang lebih jauh dengan membentuk tim khusus yang mendatangi penyandang disabilitas dan ODGJ secara langsung melalui pendekatan home care.
Dokter gigi berhijab itu menambahkan, Pangling dibagi dalam tiga tim besar agar layanan lebih merata. Tim pertama bersifat statis di titik desa dengan menyediakan pemeriksaan umum, layanan gigi, laboratorium sederhana, serta screening tuberkulosis dan kusta. Sementara itu, tim kedua menyasar penyandang disabilitas dengan mendatangi rumah pasien beserta keluarganya. Adapun tim ketiga difokuskan untuk memberikan layanan kepada pasien ODGJ dan lingkungan sekitarnya.
Selain itu, inovasi ini juga memiliki filosofi unik pada namanya. Karena setiap desa hanya bisa dikunjungi kembali setelah interval 2,5 hingga 3 bulan, warga kerap merasa “pangling” atau lama tak berjumpa dengan tim kesehatan. Dari sinilah muncul istilah Pangling, yang sekaligus menjadi identitas program.
Jenis pelayanan yang diberikan juga semakin luas. Tidak hanya pengobatan umum dan gigi, masyarakat bisa memperoleh pemeriksaan gula darah, kolesterol, asam urat, hingga edukasi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Hampir seluruh layanan diberikan gratis, kecuali pemeriksaan kolesterol dan asam urat yang bersifat opsional dengan biaya ringan. Bahkan untuk kelompok rentan yang didatangi secara langsung, seluruh pemeriksaan dipastikan bebas biaya.
Dari sisi sumber daya, jumlah tim yang semula hanya enam orang kini berkembang menjadi 11–12 orang dalam setiap kunjungan. Tenaga yang terlibat pun beragam, mulai dari dokter, perawat, bidan, apoteker, ahli gizi, hingga kader desa. Tidak jarang, perangkat desa, Babinsa, dan tokoh masyarakat juga ikut mendampingi agar kegiatan berjalan lancar.
Cakupan pasien pun terus meningkat. Setiap kegiatan rata-rata melayani 25 hingga 70 pasien, dan bahkan pernah mencapai 130 pasien dalam sekali kunjungan. Berdasarkan estimasi, total pengguna layanan sejak 2023 hingga kini sudah menembus ribuan orang. Hal ini menunjukkan besarnya kebutuhan dan respon positif masyarakat terhadap program Pangling.
drg. Hariyati menegaskan, keunikan Pangling terletak pada integrasi program kesehatan dalam satu kunjungan, yang biasanya harus dijalankan secara terpisah. “Dengan kondisi geografis Grabagan yang sulit dijangkau, Pangling hadir langsung ke tengah masyarakat agar akses kesehatan lebih merata. Kami terbuka pula terhadap kolaborasi dengan rumah sakit lain, karena tujuan utama kami adalah mendekatkan layanan bagi masyarakat,” tegasnya.
Melalui kebaruan dan keterpaduan tersebut, Pangling membuktikan bahwa inovasi sederhana di tingkat puskesmas mampu memberi dampak luas. Selain meningkatkan kualitas layanan kesehatan, program ini juga memperkuat rasa kepedulian dan kebersamaan antara tenaga kesehatan, pemerintah desa, dan masyarakat Grabagan. (yavid rp/hei)