LEGEN MINUMAN KHAS TUBAN

Bagi sebagian kalangan masyarakat, nama buah siwalan dan minuman legen mungkin sudah tidak begitu asing. Buah dan minuman ini menjadi salah satu ciri khas daerah Tuban, Jawa Timur.

Minuman legen biasanya dijual dalam kemasan botol air mineral, rata-rata berukuran 600 mililiter (ml) atau 1.500 ml. Sayangnya, minuman  tersebut agak sulit untuk dijadikan oleh-oleh karena berbagai kendala, antara lain tidak tahan lama, kemasan kurang higienis, dan sulit untuk dibawa kemana-mana karena rentan meledak.

Menjawab tantangan tersebut, Hadi Purwanto lantas memproduksi minuman legen yang diberi nama “Legennda”.

Hadi, sapaannya, merintis Legennda sejak akhir tahun 2020 lalu. Setelah mengumpulkan berbagai informasi terkait tantangan minuman produk khas Tuban tersebut, ia mulai melakukan uji coba pada Desember 2020 hingga Februari 2021 lalu.

Bapak tiga anak ini diberikan teknik untuk mengolah legen agar tahan lama oleh keponakannya yang seorang dosen di Universitas Brawijaya Malang. Selanjutnya, ia bersama sang istri mengembangkannya hingga mendapatkan legen sesuai yang dikehendaki, pas rasanya dan relatif tahan lama.

Selama tiga bulan masa uji coba, Hadi terus bereksperimen untuk menemukan formula yang pas. Hasilnya, ia bagikan ke saudara, keluarga, dan teman-temannya untuk dicicipi sekaligus dimintai pendapat mengenai legen olahannya.

Setelah mendapatkan rasa sesuai yang diharapkan, ia mengirimnya ke luar kota untuk melihat kekuatan dan daya tahan produknya. Kemudian, baru berpikir tentang nama produknya.

Ketua Jaringan Usahawan Kreatif Tuban (J-Club) Kabupaten Tuban ini menyebutkan, nama Legennda muncul dari nama legen itu sendiri ditambah ujaran khas Tuban ‘nda’.  Bisa juga diartikan bahwa legenda Tuban adalah legen itu sendiri.

Laki-laki yang memiliki hobi travelling dan olah raga ini menuturkan, Legennda mulai diluncurkan untuk dikomersialkan pada awal bulan Maret 2021. Sasaran pasarnya untuk luar kota atau oleh-oleh bagi tamu dari luar kota yang berkunjung ke Bumi Wali.

“Legennda juga diharapkan dapat membantu dinas/instansi terkait supaya tidak bingung ketika mau menyuguhkan minuman legen ini untuk para tamunya. Kemasan Legennda yang menarik dan higienis, tentu akan menambah nilai plus di mata para tamu yang datang,” ungkap suami dari Diah Septiarini Indra Purwanti ini.

Untuk memudahkan penyajiannya, Hadi menyediakan Legennda mulai dari kemasan 250 ml, 500 ml, dan jeriken kecil 600 ml.

Harganya juga sangat terjangkau. Kemasan 250 ml harganya dibandrol Rp 7 ribu, 500 ml Rp 10 ribu, dan jeriken ukuran 600 ml Rp 15 ribu.

Diharapkan, masyarakat tidak ragu untuk memilih Legennda sebagai salah satu produk minuman khas unggulan Tuban. Karena, Legennda terbuat dari 100 persen legen asli berkualitas tanpa campuran dan pengawet.

Legen yang dipilih sebagai bahan baku adalah yang masih segar atau baru diturunkan dari pohonnya, rasanya manis, dan kondisinya bersih. Selanjutnya, legen tersebut disaring berulang-ulang, dipanaskan dengan api kecil kurang lebih sekitar 7 - 10 menit, lantas dikemas dalam botol. Legennda ini bisa tahan 12 hari dalam kondisi dingin.

Hadi mengaku mendapatkan bahan baku legen dari penderes Kecamatan Semanding, yakni di desa Prunggahan Kulon dan Kowang. Untuk pembuatan Legennda dikerjakan hanya berdua dengan istri.

Usaha tersebut bukan tanpa kendala. Pemilik toko rotan sintetis ‘Gak Larang’ yang  terletak di Desa Prunggahan Wetan, Kecamatan Semanding ini mengatakan, musim Patiwolo yang datangnya bersamaan dengan musim hujan membuat pedagang legen kelimpungan. Musim Patiwolo membuat hasil legen tidak sebanyak dan seenak pada musim kemarau.

Hadi menjelaskan, pihaknya sudah mengurus pengajuan izin ke Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban untuk mendapatkan legalitas atas produknya dan masih menunggu Legennda bisa diikutkan Program Gerakan Mengawal Pertumbuhan Usaha Rakyat Jawa Timur (Gempur Jatim)agar memperoleh Nomor Izin Edar (NIE) Badan Pengawas Obat dan Makanan  (BPOM) Republik Indonesia (RI) Makanan Dalam (MD). Ke depan, dengan adanya legalitas usaha tersebut, Legennda bisa menjadi salah satu pilihan oleh-oleh khas Tuban.

Ketua Tuban Humanity ini juga memiliki asa agar Tuban memiliki kampung legen. Ia bahkan telah membuat berbagai macam produk turunan dari legen, seperti jelly legen dan berencana membuat permen legen.

“Kami mengharapkan dukungan dari semuanya. Saat ini, sudah berinovasi dengan membuat jelly legen dan gula semut. Kalau legen tidak habis, bisa dibuat gula semut. Izin Produksi Industri Rumah Tangga (P-IRT) gula semut sudah diproses dan juga sudah lolos uji laboratorium,” pungkasnya. (ydh)

comments powered by Disqus