AKIBAT CUACA BURUK, PRODUKSI TALI TAMBANG TURUN
- 10 February 2016 00:00
- Yolency
- Umum,
- 1789
Tubankab - Sejumlah usaha pembuatan tali tambang (tampar) perahu atau kapal nelayan di Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban, mengalami penurunan produksi hingga 50 %. Ini terjadi akibat cuaca buruk yang berlangsung selama tiga pekan belakangan ini.
Menurut Jarot, salah seorang pembuat tali tambang di Desa Palang, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban, penurunan produksi terjadi akibat sepinya permintaan konsumen yang umumnya dari kalangan nelayan. Sebagian nelayan tidak lagi membeli tali tambang, karena aktivitas melaut terhenti menyusul cuaca buruk yang terus melanda laut jawa akhir-akhir ini.”Kami juga terkena imbas cuaca buruk,’’ keluh Jarot, saat ditemui wartawan di rumahnya, yang sekaligus dijadikan pembuatan tali tampar, Rabu (10/02).
Lebih jauh Jarot menjelaskan, akibat sepinya permintaan, aktivitas pembuatan tali tambang terlihat sepi. Hanya ada beberapa orang karyawan yang sibuk membuat tali tambang. Ini terjadi karena pemilik usaha sengaja meliburkan karyawannya.”Ya terpaksa kami rumahkan mereka (para karyawan), karena kami juga tak bisa memberikan honor,’’ terangnya.
Jarot mengungkapkan, dari sebanyak 30 karyawan saat ini, hanya tinggal 15 karyawan yang bekerja. Langkah ini terpaksa diambil karena hasil usaha tak mampu menutupi biaya produksi, termasuk pembelian bahan baku tali.”Kalau kami nekat mengkaryakan mereka, jelas sangat rugi, karena biaya produksi juga mahal,’’ ungkapnya.
Selain terpaksa mengurangi jumlah karyawan, imbuh Jarot, produksi tali tambang juga menurun drastis. Selama cuaca buruk, rata-rata hanya mampu memproduksi 15 hingga 20 gulung tali tambang kapal per hari. Padahal, jika normal (saat nelayan pada melaut), usaha pembuatan tali tambang ini mampu memproduksi hingga 45 gulung tali tambang kapal per hari, dengan panjang tali rata – rata 500 hingga 700 meter per gulung. Satu gulung tali tambang kapal dijual antara Rp. 250 ribu hingga Rp.750 ribu, tergantung bahan dan panjang gulungan.”Biasanya yang sering laku ukuran lebih kecil, tapi kami juga tidak menolak, apabila ada pembeli yang minta ukuran lebih panjang,’’ ujarnya setengah berpromosi.
Kini, beber Jarot, permintaan yang datang hanya berasal dari lokal daerah Tuban. Pembeli tambang dari luar daerah, tampaknya juga sepi akibat cuaca buruk.“Pengurangan produksi terjadi karena permintaan tali tambang yang biasanya datang dari para nelayan daerah Tuban, Madura, Rembang, dan Brebes, kini terhenti karena sebagian besar nelayan belum berani melaut,’’ jlentrehnya.
Para pembuat tali tampar hanya bisa berharap cuaca kembali normal. Sebab, mereka mulai khawatir akan gulung tikar, jika cuaca buruk tak segera membaik.(wan/hei)