ANGGOTA KOMISI V DPR RI HJ. SADARESTUWATI : STAMET BANTU PETANI

Tubankab - Keberadaan Stasiun Meteorologi (Stamet) kelas III di Tuban tidak hanya memberikan informasi data terkait transportasi laut, akan tetapi juga membantu para petani untuk menentukan waktu tanam dan jenis tanaman yang akan ditanam.

“Para petani bisa memprediksi, dan bisa menentukan waktu tanam, serta jenis tanaman yang akan ditanam. Sehingga, mereka tidak merugi di kemudian hari karena mengerti cuaca,” tandas anggota Komisi V DPR RI Hj. Sadarestuwati, SP, M.MA saat memberikan sambutan pada acara peresmian kantor Stasiun Meteorologi (Stamet) kelas III di Jenu Tuban, Rabu (04/10).

Perempuan asal Jombang ini menjelaskan, untuk saat ini masyarakat tidak bisa hanya mengandalkan tanda-tanda alam dalam memprediksi cuaca yang akan datang. Sehingga keberdaan BMKG sangatlah penting bagi masyarkat.

“Setiap rapat selalu saya katakan BMKG sangat penting. Kalau bisa setiap kabupaten harus ada BMKG,” imbuh Sadarestuwati.

Selain berkenaan dengan petani, Sadarestuwati juga menyampaikan, BMKG dirasa penting bagi dunia perhubungan, lantaran akan berkaitan dengan zero accident. Memang, imbuhnya, BMKG tidak menghentikan bencana dan kecelakaan, namun melalui data yang diberikan olehnya, setidaknya segala bentuk kecelakaan dan bencana dapat diminimalisir.

“Bahkan, untuk pertanian, tanpa data-data dari BMKG, bagaimana mungkin kita bisa mencapai swasembada pangan ?,” tanyanya.

Masih menurut perempuan berjlbab ini, beberapa tahun setelah diadakan sekolah lapang iklim, produktivitas pertanian meningkat dengan pesat. Bahkan di Bali, ungkap Sadarestuwati, mencapai peningkatan produktivitasnya mencapai 30 persen.

“Dan ini diakui oleh dunia, karena dunia butuh BMKG. Bahkan BMKG kita yang di Jakarta dijadikan pilot project untuk memberikan kepada beberapa negara, bagaimana BMKG mensupport petani. Hebatnya, secara berturut-turut Kepala BMKG kita sudah menjadi Presiden World Meteorological Organization (WMO) Asia Pasifik,” akunya bangga.

Sadarestuwati mengajak semua elemen untuk mengubah cara pola pikir, karena dengan perubahan iklim global, tidak bisa hanya dengan mengandalkan cara-cara tradisional yang ada.“Nguri-nguri budaya boleh saja, namun pola pikir tetap harus berkembang,” pinta Sadarestuwati. (nanang wibowo/hei).

comments powered by Disqus