Batu Van Tuban, Opsi Baru Pariwisata Alternatif
- 10 October 2022 20:18
- Heri S
- Umum,
- 1312
Tubankab - Objek wisata Batu Van Tuban menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Pasalnya, destinasi wisata yang berada di Desa Tingkis, Kecamatan Singgahan, Kabupaten Tuban ini mampu menjadi sebuah opsi baru di kancah pariwisata alternatif.
Tidak tanggung-tanggung, wisata yang baru dirintis pada tahun 2018 ini sempat meraih penghargaan dari Wakil Gubernur Jatim sebagai nominator 4 besar bidang digital marketing tingkat Jawa Timur pada tahun 2020 silam.
Awalnya Desa Tingkis memang bisa dikatakan cukup tertinggal dalam bidang pariwisata. Terlebih letaknya yang tepat berseberangan dengan destinasi wisata unggulan Kabupaten Tuban, yaitu Air Terjun Putri Nglirip yang terletak di Desa Mulyoagung, Kecamatan Singgahan. Namun, atas inisiatif dari beberapa pemuda yang cukup jeli membaca potensi alam di sekitarnya, sehingga objek wisata tersebut mampu berbenah dan menjadi wisata unggulan.
Wisata unggulan yang dikelola BUMDes Cahaya Berkah ini adalah wahana susur sungai dengan menggunakan ban karet yang mereka beri nama "River Fun Tubing". Untuk tiket masuk wahana, pengunjung cukup membayar Rp10 ribu per orang. Pengunjung sudah bisa menikmati wahana ini sekaligus gratis jasa foto. Ada juga fasilitas berupa aula dengan gazebo yang cukup besar untuk kegiatan family gathering dengan cukup membayar Rp25 ribu hingga Rp35 ribu saja sudah termasuk makan siang, karaoke dan outbond.
"Awalnya kami melihat satu potensi alam yang sangat bisa dikembangkan, yaitu aliran sungai yang dimanfaatkan untuk irigasi oleh petani Desa Tingkis. Kami mencoba mengoptimalkannya sebagai wahana wisata yang akhirnya tercetuslah ide River Fun Tubing ini," terang Direktur BUMDes Cahaya Berkah, Susanto, Senin (10/10).
BUMDes yang berdiri pada 8 Juni 2018 itu awalnya sempat diremehkan, tapi dari modal awal yang nol rupiah kemudian mendapat bantuan penyertaan modal dari desa sebesar Rp50 juta serta fasilitas berupa pembangunan infrastruktur pagar dan beberapa sarana prasarana lain. Dari situ kegiatan unit usaha ini terus berkembang hingga memiliki aset dengan total sekitar Rp500 juta dan bisa menyumbangkan Pendapatan Asli Desa (PADes) sebesar Rp5 juta pada tahun 2019.
Perputaran ekonomi di BUMDes ini menimbulkan dampak positif dengan adanya penyerapan tenaga kerja dari kalangan pemuda setempat. Begitu pula dengan masyarakat lain yang juga ikut terdampak dengan menjajakan usahanya di lokasi wisata. Selain dampak ekonomi, juga ada dampak positif di bidang lingkungan. Setelah menjadi objek wisata, perlahan kebiasaan masyarakat yang buang air besar di sungai mulai hilang. Tentu saja ini tidak lepas dari dukungan Pemerintah Desa melalui program Intalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal.
"Hadirnya wisata ini cukup memberi dampak positif, meskipun dengan biaya operasional yang cukup besar, terlebih ketika masuk masa pandemi Covid-19, kami harus tutup total, tapi operasional seperti kebersihan dan perawatan aset harus tetap jalan," imbuh Susanto.
Operator wisata yang sebelumnya ada 11 orang, kini tinggal 8 orang. Sebab, sebagian memutuskan untuk mencari peruntungan di kota lain guna memperbaiki perekonomian keluarga mereka. Tak patah semangat, 8 orang operator yang bekerja tanpa sistem gaji dan hanya mendapat upah ini masih bertahan untuk memulai kembali perjuangan mereka pascapandemi.
Jam operasional Batu Van Tuban ini buka setiap hari, dari pukul 07.30 - 16.30 WIB, dengan tiket masuk yang hanya sebesar Rp5.000 saja termasuk parkir gratis. Ada banyak kuliner khas pedesaan yang mereka tawarkan seperti becek ndeso yang menjadi andalan, sambel wader kali, hingga sayur asem ndeso yang dimasak langsung oleh warga setempat. (m nahrus s/hei)