BEGINI CARA DISPARBUDPORA LESTARIKAN BUDAYA YANG MULAI TERGERUS ZAMAN

Tubankab - Dinas Pariwisata Budaya Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Kabupaten Tuban terus berupaya memajukan kebudayaan di Kabupaten Tuban, terutama budaya asli yang sudah mulai tergerus oleh perubahan zaman.

“Salah satu cara memajukan kebudayaan dengan cara mengadakan kompetisi. Tujuannya untuk menjaring dan menemukan bakat para pemuda yang punya potensi,’’ terang Kasi Pengembangan Kesenian pada Disparbudpora Kabupaten Tuban Sumardi, SPd saat ditemui wartawan di ruang kerjanya, Jumat (20/10).

Selain melakukan pembinaan dalam wujud kompetisi, kata Sumardi, pihaknya juga melakukan upaya dengan menggali nilai-nilai sejarah dan tradisi yang ada di Kabupaten Tuban.

Masih menurut mantan guru kesenian SMPN 6 Tuban ini, kendala yang dihadapi adalah terkait data dan fakta yang masih terus digali di lapangan guna melestarikan budaya yang berkembang hingga saat ini. Kendati demikian, pihaknya masih tetap terus melakukan berbagai upaya, termasuk membuat program pendataan ulang.

Lebih jauh bapak dua orang anak ini juga membeberkan, perkembangan zaman dan teknologi serta peradaban masyarakat dan latar belakang pemimpin, turut mempengaruhi perkembangan budaya. Saat ini, sambung Sumardi, tradisi sedekah bumi yang pada zaman dahulu adalah berupa wayangan dan tayub, kini beralih fungsi menjadi pengajian.

“Dampaknya nanti ke ekonomi kreatif. Kalau wayangan atau tayuban sudah dipastikan yang berjualan di sekitar lokasi pentas akan banyak, sedangkan pengajian akan minim penjual,” akunya.

Menurut Sumardi, dalam pengembangan budaya khususnya di Tuban, yang diperlukan adalah dukungan dan kemauan dari masyarakat untuk melestarikannya. Sebab, imbuhnya, tanpa adanya itu semua, budaya akan kehilangan peminat dan punah.

“Oleh sebab itu, harus ada seniman Tuban yang mau tampil melestarikannya,’’ lontar Sumardi.

Untuk bidang seni, ia mencontohkan, tak hanya seni asli Tuban yang dikembangkan dan dibina oleh disparbudpora. Akan tetapi, juga kesenian urban. Nantinya kesenian tersebut akan dikemas sedemikian rupa, sehingga relevan dengan kondisi masyarakat saat ini.

“Seperti jaranan, itu sudah saya larang untuk atraksi yang kotor, seperti makan beling, makan ayam mentah dan lain-lain. Sebab, tidak relevan lagi dengan zaman saat ini,” dalih Mardi, sapaan akrab Sumardi.

Masih menurutnya, pembinaan yang dilakukan oleh disparbudpora, bertujuan agar ada pembekalan seni terhadap pelaku seni itu sendiri. Sehingga, dalam event-event tertentu, Tuban tidak lagi menerima “barang” jadi siap pakai, namun menjadi pemilik sekaligus perawat.

Selain itu, tukas Mardi, pihaknya memiliki rencana untuk membangun panggung terbuka yang diperuntukan para pemuda dalam menunjukkan kreativitasnya di bidang seni dan budaya. Panggung tersebut nantinya dalam pemanfaatannya tidak dipungut biaya, sehingga pembangunannya berada di luar area tempat wisata.

“Ini semua bukan demi saya atau dinas, tapi demi perkembangan seni dan budaya masyarakat Tuban,” tukasnya. (nanang wibowo/hei)

comments powered by Disqus