Foto : Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa saat cek tanggul Bengawan Solo yang rusak (mila)

Cek Tanggul Rusak, Gubernur : Daerah Lain Juga Alami Nasib yang Sama

Tubankab - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa didampingi Wakil Bupati Tuban, Noor Nahar Hussein, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo dan intansi terkait, mengecek tanggul Bengawan Solo yang rusak akibat ambles dan retak di Desa Sembungrejo, Kecamatan Plumpang, Minggu (1/12/) sore. 

Kegiatan tersebut dilakukan untuk melihat kesiapan pemulihan tanggul, menjelang datangnya musim penghujan di penghujung 2019 yang diprakirakan terjadi pada Desember. 

Gubernur Khofifah mengatakan, telah mengetahui adanya tanggul yang longsor dan retak di beberapa sisi di Tuban, sekitar tiga hari setelah adanya dapur umur Tagana pada 10 November lalu. Komunikasi dengan BBWS dan Dinas Sumber Daya Air Provinsi juga telah dilakukan untuk melakukan langkah antisipatif. 

"Kita akan memasuki musim hujan, jadi langkah antisipatif harus segera dilakukan," kata Gubernur Jatim.

Khofifah juga mengatakan, jika fenomena tanggul retak tidak hanya di Tuban. Ada beberapa daerah yang mengalami nasib sama, seperti Kanor, Bojonegoro, Lamongan, dan Madiun. Oleh karena itu, kesemuanya harus dilakukan langkah antisipatif, sebab sifat tanggul yang belum permanen. 

Ditambahkan, saat darurat seperti sekarang, langkah pengamanan harus dilakukan. Khofifah berharap, selesai pengamanan tersebut, daya tahan bronjong bisa menahan kemungkinan naiknya debit air sungai di musim penghujan nanti. 

"Di sini yang paling panjang retaknya. Kalau di Madiun selesai, sekarang tinggal Lamongan, Tuban, dan Bojonegoro terakhir," tegas Khofifah. 

Khofifah menjelaskan, posisi tersebut akan menjadi penting karena ada kesamaan penyebab, yaitu di musim kemarau terdapat retakan yang cukup dalam, yang  membuat tanggul jebol. Untuk itu, harus dilakukan percepatan rekontruksinya, meski masih dalam tahap darurat. 

Ketahahan proteksi, lanjut Khofifah, juga harus kuat, agar bisa menghalau air, sehingga tidak meluber masuk desa. "Informasinya tanah di sini juga masih bergerak. Semoga dengan adanya excavator bisa memadatkan tanah," tutur Khofifah.

Ia juga menegaskan, jika proteksi yang dilakukan akan memberikan ketenangan bagi warga sekitar. Khofifah juga memberikan apresiasi kepada warga sekitar yang telah bergotongroyong membantu para petugas untuk bersama memperbaiki tanggul yang jebol lebih dari 80 meter tersebut. 

Terkait dengan penanganan permanen, Khofifah menegaskan, telah berkomunikasi dengan Kementerian PUPR dan Balai Besar PUPR di seluruh Jatim dan akan menganggarkan perbaikan melalui dana APBN dari Kemen PUPR. 

Sementara itu, Wakil Bupati Tuban Noor Nahar Hussein mengatakan bahwa kerusakan tanggul tersebut dimulai pada 2015, dan kembali terjadi pada tahun ini, tepatnya awal Oktober 2019.

Wabup juga menegaskan, dalam radius 600 meter dari titik longsor sudah ada larangan untuk melakukan aktivitas penambangan pasir dan penyedotan air. Hal ini dilakukan untuk melindungi tanah agar stabil. "Larangan itu sudah diberlakukan sejak 1 bulan lalu. Kami juga telah melakukan pengamanan oleh Satpol PP 24 jam, untuk memastikan tidak ada aktivitas tersebut di sekitar tanggul," tegas Wabup.

Memang diketahui, pasir di sekitar tanggul memiliki kualitas unggul, sehingga banyak warga yang menambang pasir di daerah tersebut.

PLH Kepala BWS Bengawan Solo Iskiyanto juga mengatakan, jika kerusakan tanggul Bengawan Solo di Desa Sembungrejo Plumpang termasuk kategori kritis. Penyebab kerusakan adalah terjadinya perbedaan muka air akibat kemarau panjang yang terjadi. "Tahun ini sangat kering, jadi air yang fungsinya juga sebagai kekuatan menahan tanah agar tidak longsor itu muka airnya menurun, sehingga terjadi longsoran yang cukup parah," jelasnya.

Ia juga menegaskan, jika  pengaruh lainnya adalah penambangan pasir dan penyedotan yang tidak terkendali. Sebenarnya, di badan sungai tidak boleh ada aktivitas penambangan, juga penyedotan air yang berlebihan. 

Untuk penanganan secara permanen, Ismiyanto menegaskan akan dilakukan kajian teknis, dan ada quick design untuk penanganan sekarang. 

Sebelumnya, upaya pengurugan tanggul Bengawan Solo di Kecamatan Plumpang Kabupaten Tuban yang dilakukan mulai awal Oktober lalu kembali ambles.

Pertama kali tanggul ambles diketahui terjadi pada akhir September 2019. Tepatnya di Desa Sembungrejo, Plumpang. Tanggul ambles dengan panjang retakan 70 meter, dan kedalaman 60 centimeter.

Setelah itu, 2 Oktober 2019, tim Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) telah melakukan upaya jojoh telo pada titik rekahan sepanjang 80 meter dan kedalaman penurunan 2,5 M sampai 3 M dari posisi awal.

Seiring berjalannya waktu, pada akhir Oktober 2019, tanggul kembali ambles, dan membuat warga sekitar resah.

Bupati Tuban Fathul Huda pada Jumat (08/11) sore langsung bergerak meninjau tanggul Bengawan Solo yang ambles di perbatasan Desa Sembungrejo dan Kedungrojo, Plumpang.

Tak hanya Bupati, Wakil Bupati Tuban Noor Nahar Hussain juga kembali meninjau perbaikan tanggul, Selasa (26/11). Wabup meninjau perkembangan perbaikan tanggul yang telah dipasang pedel, dan menunggu untuk dipasang Bronjong.(nurul jamilah/hei)

comments powered by Disqus