Foto : Seorang siswa SDN Latsari Tuban saat diperiksa dan dibersihkan telinganya. (nahrus)

Dampak Gangguan Pendengaran tak Terbatas pada Terganggunya Fungsi Telinga

Tubankab - Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) Surabaya bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Tuban menggelar acara Seminar dan Pelatihan Penatalaksanaan Gangguan Pendengaran di Ruang Pertemuan Lantai 3 Sekda Kabupaten Tuban, Sabtu (24/09).

Koordinator Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat dari FK Unair Surabaya, Dr. dr. Nyilo Purnami Sp. T.H.T.B.K.L, mengatakan, rehabilitasi secara dini akan memberikan kesempatan bagi penderita gangguan pendengaran untuk memperoleh kembali fungsi pendengarannya. Karena itu, lanjut Nyilo, upaya promotif perlu ditingkatkan dalam rangka menumbuhkan kepedulian masyarakat untuk mempermudah akses komunikasi penderita gangguan pendengaran.

“Bagi tenaga kesehatan diharapkan dapat memiliki kepekaan terhadap kebutuhan penderita gangguan pendengaran, sehingga bisa memberikan layanan kesehatan yang berkualitas dan optimal," terangnya.

Menurut Nyilo, menjaga kesehatan indera pendengaran juga merupakan hal penting, karena indera pendengaran adalah bagian dari investasi masa depan. Ia menuturkan, masih banyak penyebab gangguan pendengaran yang dapat dicegah, termasuk yang disebabkan kebisingan.

“Selain itu dampak gangguan pendengaran juga tidak terbatas pada terganggunya fungsi telinga, tetapi juga berdampak pada kualitas hidup penderita, seperti dampak gangguan pendengaran pada orang dewasa yang dapat menyebabkan kesulitan dalam berkomunikasi, emosional, dan hubungan sosial,’’ tukasnya.

Sementara itu, Plt. Sekretaris Dinkes P2KB, Nanang Sugiyarto, SKM. MM, menjelaskan, gangguan pendengaran pada anak-anak juga dapat mempengaruhi nilai akademik atau prestasi belajar dan dapat mengakibatkan gangguan perkembangan wicara. Karena itu, lanjutnya, kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan telinga dan pendengaran adalah cara efektif untuk mencegah terjadinya gangguan pendengaran secara permanen.

"Meskipun angka kasus gangguan pendengaran di Tuban cukup kecil, yaitu kurang dari satu persen, tapi adanya seminar dan pelatihan serta praktek langsung di SD Latsari Tuban ini sangat membantu dan akan sangat bermanfaat,’’ terang Nanang.

Deteksi dini dan penanganan yang optimal, sambung Nanang, diharapkan dapat mengurangi kecacatan permanen pada indera pendengaran, dan para tenaga medis dilatih agar siap melakukan penanganan mandiri tanpa harus merujuk ke Surabaya.

Selain Seminar dan Pelatihan Tatalaksana Gangguan Pendengaran, para siswa dan guru serta wali murid di SDN Latsari juga sangat bersemangat mengikuti beberapa kegiatan lain. Ada sebanyak 78 peserta putri dan 47 peserta putra dari murid kelas 5 SDN Latsari yang ikut pemeriksaan dan bersih-bersih telinga. Para guru dan orangtua juga semangat untuk mengikuti kegiatan dari Pos Binaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu-PTM) dari Dinkes, dan anak-anak perempuan juga mendapat suntikan vaksinasi HPV untuk mencegah kanker serviks. (m nahrus s/hei)

comments powered by Disqus