Foto : Anak-anak sekolah dasar di Tuban lagi demam main lato-lato. (yeni)

Demam Lato-lato, Permainan Jadul yang Kembali Muncul

  • 11 January 2023 17:32
  • Heri S
  • Umum,
  • 2413

Tubankab - Permainan lato-lato kini kembali marak dan digandrungi masyarakat. Dolanan jadul ini dimainkan berbagai kalangan mulai dari anak-anak hingga orang dewasa hampir di setiap daerah di Indonesia.

Lato-lato tidak hanya nampak di kehidupan sehari-hari, tapi juga merambah ke dunia maya. Terbukti, berbagai platform media sosial banyak dihiasi permainan yang mengeluarkan suara “tek-tek-tek” itu.

Siapa sangka, meski kini tengah menjadi tren di Indonesia, ternyata permainan itu sudah dimainkan sejak periode 1960-an. Meski kelihatan cukup sederhana, yakni dengan menggoyangkan dua bola yang diikat dengan tali supaya saling berbenturan, ternyata bagi sebagian orang memainkannya tidak semudah yang dibayangkan.

Dilansir dari Quartz, permainan lato-lato berasal dari Amerika Serikat yang di negara asalnya disebut clackers, click-clacks, atau knockers. Pada awal '70-an, ratusan pembuat mainan tersebut telah menjual jutaan clackers di seluruh dunia.

Pada masa itu, clackers sangat populer hingga menjangkau penduduk sebuah provinsi kecil di Italia utara bernama Calcinatello dan pernah diadakan kompetisi tahunan untuk penggemar clackers di sana.

Clackers yang memiliki desain yang mirip dengan boleadoras, senjata pilihan untuk gaucho atau koboi ala Argentina yang mencoba menangkap hewan bernama guanaco, pada awalnya terbuat dari kayu atau logam. Kemudian setelah itu dibuat dari tempered glass, tapi serpihan pecahan dari bahan tersebut dianggap berbahaya bagi orang yang memainkannya.

Pada 1966, Food and Drug Administration, lembaga yang awalnya juga mengatur keamanan mainan di Amerika Serikat juga sempat mengeluarkan peringatan larangan karena clackers dianggap mengandung bahan kimia maupun radioaktif serta mudah terbakar.

Tiga tahun kemudian, muncul pelarangan penjualan mainan clackers di pasaran, sebab permainan yang awalnya untuk mengajari anak-anak koordinasi tangan dan mata itu bisa menjadi proyektil, sehingga dikeluarkan peringatan untuk mencegah kebutaan.

Meski dilarang di Amerika Serikat, tapi kepopuleran permainan itu telah merambah ke seluruh dunia. Seiring berjalannya zaman, clackers yang awalnya dibuat dari bahan tempered glass diubah ke plastik polimer yang dianggap lebih aman. 

Di Indonesia sendiri, clackers mulai populer pada 1990-an dengan nama tek-tek yang kini kembali menjadi tren dengan nama lato-lato. Lato-lato berasal dari bahasa suku Bugis yang disinyalir berasal dari kata kajao-kajao, artinya nenek-nenek yang akhirnya berubah pengucapan menjadi kato-kato lantas kemudian disebut lato-lato.

Demam lato-lato juga sampai di Tuban. Kini, di berbagai sudut wilayah yang dulunya menjadi pusat perdagangan di zaman Kerajaan Majapahit dan menjadi salah satu pusat penyebaran agama Islam oleh Wali Songo ini tak lepas dari bunyi “tek-tek-tek”.

Salah satu siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri (SDN) Gununganyar, Kecamatan Soko yang mahir bermain lato-lato, Ahmad Rafa Eka Saputra mengungkapkan dirinya sangat senang dengan mainan itu. Diakuinya, semenjak mengenal lato-lato, ia lebih suka menghabiskan waktu mengasah keterampilannya bermain lato-lato bersama teman-temannya daripada bermain gawai.

“Bermain lato-lato itu seru. Saya sangat senang memainkannya. Untuk menghibur diri dan bisa mengalihkan agar tidak kebanyakan main HP. Apalagi hari ini saya menang kompetisi,” ujarnya dengan nada riang ketika ditemui di sela-sela kompetisi lato-lato untuk mengisi waktu istirahatnya di sekolah.

Di lokasi yang sama. Luluk Iswati, S.Pd, guru SDN Gununganyar, Kecamatan Soko mengaku cukup heran dengan viralnya lato-lato. Berdasarkan pendapatnya, lato-lato memiliki sisi negatif dan positif.

Sisi negatifnya, lato-lato berisik karena mengeluarkan bunyi “tek-tek-tek” yang cukup nyaring. Bagi yang masih taraf belajar juga mengakibatkan sakit apabila terkena pendulumnya maupun terjerat talinya.

Kelebihan lato-lato, tambahnya, melatih konsentrasi dan kestabilan emosi pemainnya. Selebihnya, sejenak mereka melupakan gawai yang biasanya dipegang dan mainkan setiap saat.

“Lupa game yang berjam-jam mereka mainkan jika sudah bermain gawai. Namun, semua itu tetap kembali pada porsinya. Bermain apapun terutama lato-lato tetap harus hati-hati. Bermain dengan wajar dan tidak berlebih-lebihan,” pesannya. (yeni dh/hei)

comments powered by Disqus