Hasil Rajutan Emak-emak Asal Tuban Mampu Tembus Pasar Amerika
- 11 October 2022 22:04
- Heri S
- Umum,
- 1578
Tubankab - Puluhan Ibu Rumah Tangga (IRT) asal Kecamatan Rengel dan Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban menekuni kerajinan rajut yang tergabung di dalam binaan Perempuan Indonesia Merajut (Prima) yang digagas EMCL dan SKK Migas.
Aktivitas merajut yang dikerjakan secara mandiri maupun kelompok itu, ternyata mampu dilirik oleh pasar internasional, bahkan menjadi penyuplai utama brand "The Sak" asal Amerika.
"Teknisnya bahan baku rajut ini disuplai dari perusahaan Bumi Citra Mandiri asal Yogyakarta, dari sanalah bahan setengah jadi yang kita kerjakan dikirim ke Amerika," ucap perajut asal Desa Kendalrejo, Kecamatan Soko, Tuban, Niswatun saat ditemui di kelompok Prima, Desa Bonorejo, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, Selasa (11/10).
Ia menuturkan, kerajinan rajut berupa tas, dompet, boneka, taplak meja dan pernak-pernik itu dikerjakan secara manual, baik mandiri atau kelompok. Saat ini, ia memiliki kelompok yang beranggotakan sedikitnya 40 orang dari Rengel dan Soko.
"Awal berdirinya 2020, saat itu masih pandemi covid-19. Kemudian ada tawaran untuk bergabung di Prima. Dan harganya, mulai dari Rp100 ribu hingga jutaan, tergantung jenis produknya," akunya.
Dari situlah, kerajinan produk rajut yang didominasi IRT itu, kini telah merasakan manfaat pundi-pundi cuan dari pekerjaan yang ditekuni meskipun sambil mengasuh anak di rumah.
"Pekerjaan ini bisa dikerjakan sambil momong anak di rumah, ada orderan atau tidak kita tetap merajut. Karena penghasilan kita juga dari ongkos merajutnya," timpalnya.
Dikatakannya, pernah dapat orderan dengan target 500 pcs dari "The Sak". Karena dikerjakan secara kelompok, maka target tersebut bisa dicukupi bersama kelompok Prima yang dari Gayam, Bojonegoro.
"Dalam sebulan minimal bisa mendapatkan Rp600 ribu atau Rp1 juta bahkan bisa lebih. Tergantung orderan atau permintaan," terang Niswatun.
Selain mengandalkan orderan, kelompoknya juga memasarkan produk hasil rajutan ke beberapa media sosial dan market place, misal; instagram dan shopee.
"Kalau secara online minimal bisa 15 pcs dalam sebulan," imbuhnya.
Meski begitu, ia mengaku masih terkendala pemasaran agar lebih optimal. Karena jika mengandalkan orderan atau penjualan online masih belum tentu. Karena kelompok Prima Tuban juga baru berdiri sejak 2020.
"Kalau yang Bojonegoro sejak 2018 dan yang Tuban 2020. Jika ditotal Tuban dan Bojonegoro ada lebih dari 200 anggota," pungkasnya. (chusnul huda/hei)