JADI IRUP HARI PAHLAWAN, DANDIM BACAKAN AMANAT MENSOS

Tubankab - Komandan Kodim (Dandim) 0811 Tuban Letkol Infanteri Nur Wicahyanto bertindak sebagai inspektur upacara dalam upacara memperingati Hari Pahlawan 10 November 2017, dengan tema ‘Perkokoh Persatuan Membangun Negeri’ yang digelar di Alun-alun Kota Tuban, Jumat (10/11)

Dandim pun membacakan amanat Menteri Sosial RI Khofifah Indar Parawansa pada upacara pagi ini.

Turut hadir dalam upacara tersebut, segenap Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Tuban, yaitu Bupati Tuban Fathul Huda, Wakil Bupati Tuban Noor Nahar Hussein, Ketua DPRD Tuban Miyadi, Kapolres Tuban AKBP Sutrisno, Kepala Kejaksaan Negeri Tuban Chairul Fauzi, Ketua Pengadilan Negeri I Nyoman Wiguna, dan Ketua Pengadian Agama Nur Indah H Nur, serta Kepala OPD lainnya.

Dalam upacara tersebut, para tamu undangan beserta peserta upacara oleh Dandim o811 Tuban, diajak untuk mengenang para pendahulu dan pahlawan, perintis kemerdekaan dan pendiri Republik Indonesia.

“Dengan segenap pemikiran dan tindakan, serta perjuangan yang mereka lakukan, kita semua dapat menikmati hidup di bumi Indonesia sebagai bangsa yang merdeka, bersatu dan berdaulat,’’ ujar Nur.

Masih dalam sambutan tersebut, Dandim Tuban juga menyampaikan bahwa seperti amanat Bung Karno, bangsa Indonesia harus menghormati jasa pahlawan, sebab tanpa ada pemikiran dan perjuangan dari para pahlawan, mustahil bisa menjadi bangsa yang merdeka seperti sekarang.

Menurutnya, di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Yusuf Kala, pembangunan Indonesia adalah terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri, berkepribadian melalui gotong royong,’’ tuturnya.

“Hanya dengan revolusi mental yang positif, optimis dan sadar riwayat, kita sebagai bangsa yang merdeka, berdaulat dan terbuka, menyelami tantangan dan persoalan yang kita hadapi bersama dengan semangat persatuan di dalam kesetaraan seluruh anak bangsa tanpa diskriminasi,’’ cetusnya.

Wicahyanto juga mengajak semua masyarakat untuk, tetap menyalakan kobaran api perjuangan para pendahulu bangsa, agar NKRI tetap berdiri tegak, menjadi besar, dan terus memberi sumbangan penting sebagai bagian dari persaudaraan umat manusia di dunia.

“Berbagai sejarah kepahlawanan, mengisahkan tetang menyalanya api “harapan” yang menjadi pemantik dari berbagai tindakan-tindakan heroik yang mengagumkan. Begitu pula ketika republik ini diplokamirkan, pemikiran yang orisinil tertuang dalam Undang-undang Dasar 1945 dan Pancasila,” imbuhnya.

Masih menurutnya, harapan merupakan modal dasar yang tak ternilai dan kasat mata yang dapat menimbulkan optimisme dalam hidup, harapan membuka potensi, karena tak dapat dielakan. Indonesia memiliki vitalitas dan daya hidup kemanusiaan untuk membuka terang kehidupan di masa depan.

“Kita dapat membangun sebuah kehidupan bernegara, sebuah rumah tangga politik kebangsaan dan kenegaraan yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur,” lontar Wicahyanto.

Di hadapan para Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompimda) dirinya juga menuturkan, saat ini harapan akan masa depan yang lebih baik telah ditambahkan oleh Presiden Joko Widodo melalui sebuah visi transformatif, yang mengarah dan menghimpun gerak seluruh elemen di negeri ini. “Visi tersebut yakni, terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong royong,” ungkapnya.

Dalam kerangka mewujudkan misi tersebut, jelas Wicahyanto, presiden telah merumuskan dalam nawacita pembangunan. Dalam nawacita, sambungnya, terbagi dalam tiga kategori yakni, ranah mental-kultural, ranah material, dan ranah politik. Pada ketiga ranah tersebut, pemerintah saat ini berusaha melakukan berbagai perubahan secara akseleratif, berlandaskan prinsip-prinsip pancasila dan Undnag-undang Dasar 1945.

“Ketiga ranah pembangunan tersebut bisa dibedakan namun, tidak dapat dipisahkan, sebab satu sama lain saling memerlukan,” pungkasnya. (nanang wibowo/ hei)

comments powered by Disqus