Jelang Tahun Baru 2022, Harga Komoditas Pangan Alami Kenaikan
- 29 December 2021 21:09
- Heri S
- Kegiatan Pemerintahan,
- 835
Tubankab - Menjelang Tahun Baru 2022, beberapa komoditas pangan mulai mengalami kenaikan harga. Beberapa komuditas seperti minyak, cabai rawit, hingga telur naik secara signifikan.
Terpantau dari Pasar Kecamatan Senori, Pasar Bangilan, Pasar Baru Tuban dan Pasar Pramuka, di mana cabai rawit menyentuh harga Rp 85 hingga Rp 90 ribu. Padahal, biasanya harga standar berkisar antara Rp 29 hingga Rp 31 ribu, minyak goreng kemasan yang naik hingga 40 persen atau naik Rp 10 ribu, dan telur yang naik menjadi Rp 30 ribu.
Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Tuban Agus Wijaya kepada media, Rabu (29/12) menjelaskan, kenaikan harga terjadi di seluruh wilayah, termasuk Kabupaten Tuban. Adapun untuk minyak goreng, kenaikan dipicu oleh kebijakan pemerintah pusat mengenai pelarangan pengedaran minyak curah per 1 Januari 2022 mendatang.
Meski larangan tersebut akhirnya dicabut, kata Agus, lantaran kenaikan harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) masih terjadi di pasar dunia. Nyatanya, harga minyak dalam negeri masih tinggi. “Ini masih menjadi penyebab utama, meskipun persediaan mencukupi,” tutur Agus.
Untuk komoditi telur, Agus menjelaskan, secara nasional harga pakan mengalami kenaikan, sehingga berpengaruh pada biaya produksi dari para peternak. Selain harga pakan, permintaan pasar yang begitu besar juga turut andil terjadinya kenaikan.
Menurut Agus, meskipun di Kabupaten Tuban jumlah produksi masih bisa mencukupi kebutuhan, akan tetapi harga secara otomatis mengikuti tren pasar. “Kami sebenarnya masih berkomunikasi dengan para peternak lokal, jika memang stok mencukupi, apakah ini karena harga pakan naik atau gimana,” timpal Agus.
Sedangkan, untuk komoditas cabai rawit yang kini mencapai Rp 90 ribu perkilogram, Agus mengungkapkan jika kenaikan terjadi akibat tidak ada panen dalam dua bulan berturut- turut. Hal ini terjadi karena kondisi cuaca di mana curah hujan cukup tinggi, sehingga membuat petani tidak menanam dalam dua bulan terakhir. Otomatis, hal tersebut berdampak pada stok cabai rawit yang menipis.
“Kami cek di lapangan memang tidak ada panen, jadi produsen tidak bisa memenuhi permintaan. Padahal di bulan bulan ini banyak yang mengadakan hajatan,” jelentrehnya.
Dia menjelaskan, adapun untuk menyiasati harga minyak goreng yang masih cukup tinggi, Diskoperindag Provinsi bersama Pemkab akan menggandeng Bulog untuk kembali melakukan operasi pasar minyak goreng.
Agus mengatakan, setelah kemarin menggandeng PT. Wings untuk melaksanakan pasar murah di beberapa pasar di Kota Tuban, Pemkab akan kembali menggelar pasar murah minyak goreng yang bekerjasama dengan Bulog. Pasar murah ini difokuskan hanya untuk para pedagang atau UMKM yang bergerak di bidang makanan.
“Karena kemarin memang cakupannya masih sangat sedikit, sehingga banyak pedagang yang tidak bisa menjangkau pasar murah itu. Jadi, akan kami lakukan kembali,” tuturnya.
Menurutnya, kenaikan harga minyak goreng telah mempengaruhi produksi UMKM lokal khususnya para pengusaha makanan. Untuk itu, diharapkan agar pasar murah dapat menstimulus masyarakat untuk bisa melanjutkan usaha.
“Program pasar murah minyak goreng akan terus dilakukan selama harga minyak masih tinggi,” lanjut Agus.
Adapun nantinya, tukasnya, operasi pasar tidak hanya dilakukan untuk komoditi minyak goreng saja, akan tetapi telur, cabai rawit dan lainnya. Ini perlu, sebab dampak naiknya harga bahan makanan termasuk minyak goreng telah menyumbang inflasi dalam daerah sekitar 2 persen.
“Inflasi terjadi hingga 2 persen karena dipicu naiknya bahan makanan,” tutup Agus. (nurul jamilah/hei)
Sumber : LPPL Tuban