Foto : Kompor Donat saat melakukan salah satu aktivitasnya di Car Free Night. (nahrus)

Kompor Donat, Pejuang Literasi untuk Anak-anak Tuban

  • 28 September 2022 14:28
  • Yolency
  • Umum,
  • 980

Tubankab - Berbicara tentang literasi tentu merupakan sesuatu yang tak lazim bagi anak-anak. Pasalnya, segmentasi literasi sendiri masih terkungkung pada wacana global tentang kecakapan seseorang dalam berbahasa, baik membaca, menulis, berbicara, dan menghitung. Terlebih untuk memecahkan masalah dalam skala tertentu yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Namun bagi Komunitas Pelopor Dongeng Anak Tuban (Kompor Donat), justru kebiasaan berliterasi haruslah dimulai sejak dini, agar anak terbiasa dengan literatur yang benar.

Kompor Donat sendiri adalah sebuah organisasi yang didominasi oleh para tenaga pendidik di tingkat PAUD. Tujuannya yang sama, yaitu untuk mengenalkan seni bertutur yang baik dan benar kepada masyarakat, khususnya anak-anak. Selain itu, juga untuk membudayakan bercerita sebagai media komunikasi yang bisa mendekatkan seseorang dengan lingkungan sosialnya.

Komunitas ini memiliki anggota sebanyak 40 orang, akan tetapi yang benar-benar aktif hanya ada 25 orang dan 16 di antaranya juga sangat aktif dan konsisten sebagai penggerak literasi bagi anak melalui story telling atau dongeng. Secara teknis tidak ada sekretariat yang pakem, tapi komunitas ini rutin menggelar pertemuan di Jl. Stasiun No. 166 Doromukti Tuban atau juga di Jl. Alfalah II No. 5 Tuban.

Komunitas ini bergerak dengan biaya mandiri yang didapat dari hasil swadaya penggerak, dana kontribusi dari kegiatan, serta penggalang donasi saat kegiatan. Kiprah Kompor Donat selama ini adalah untuk menebarkan cerita kebaikan pada anak-anak serta mengajak mereka yang mempunyai minat pada cerita tutur, seperti dongeng untuk menjadi bagian dari Kompor Donat. “Kami juga terus berupaya untuk dapat bersinergi dengan lintas komunitas yang ada di Tuban untuk bersama-sama menggelar kegiatan dengan tema literasi," terang Ketua Kompor Donat, Susilo Purwati atau akrab disapa Kak Wati, saat ditemui awak media, Rabu (28/09).

Sementara itu, anggota penggerak Kompor Donat yang lain, Arum Puspitasari atau Kak Rumi, menjelaskan bahwa kemajuan teknologi juga berdampak pada perkembangan anak yang harus segera disikapi oleh orang tua. Mudahnya akses informasi dapat menyebabkan anak kurang minat membaca, tidak pandai menyimak dan cenderung cuek, serta hilangnya kebiasaan menulis.

“Apa yang diinginkan tinggal cari di google, tanpa harus membaca sumber yang lain. Hal ini juga berdampak pada ketidakpedulian anak pada hal lain selain yang diinginkan, sehingga mereka cuek pada lingkungannya," terangnya.

Selama beberapa tahun, mereka aktif menyuarakan gerakan literasi untuk anak-anak. Hasilnya sudah mulai ada peningkatan minat baca pada anak, khususnya ketika mereka sedang melakukan road show di beberapa tempat. Meskipun tidak dipungkiri bahwa hal tersebut tidak akan berdampak besar tanpa adanya peran orang tua dan lingkungan.

"Harapan kami, ada perpustakaan di setiap desa, minimal ketika anak sudah mulai gemar membaca, ada media penyalurannya. Selain itu, juga bisa menjadi sarana kegiatan bagi anak dengan mengenalkan kembali permainan-permainan tradisional yang mendidik karakter anak," terang Nur Qomari atau Kak Nur, yang aktif mendongeng dengan boneka. (m nahrus s/hei)

comments powered by Disqus