KORPRI SEBAGAI PEREKAT DAN PEMERSATU BANGSA

Tubankab - Korps Pegawai Republik Indonesia (Korpri) merupakan satu-satunya wadah bagi pegawai negeri sipil (PNS), untuk meneguhkan fungsinya sebagai perekat dan pemersatu bangsa.

“Korpri harus menjaga netralitas dan hanya berkomitmen tegak lurus terhadap kepentingan bangsa dan negara,” tandas Wakil Bupati Tuban Ir. Noor nahar Hussein, M.Si saat membacakan amanat pada upacara peringatan Hari Jadi Korpri (HJK) ke-46, Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-53 dan Hari Guru Nasional (HGN) ke-72 tahun 2017 di Alun-alun KabupatenTuban, Rabu (29/11) .

Wakil bupati dua periode ini menuturkan, sejalan dengan berlakunya undang-undang aparatur sipil negara, korpri siap bertransformasi menjadi bagian integral dari pemerintahan yang berperan menjaga kode etik dan standar profesi. Sehingga, sambung Noor, dapat mewujudkan jiwa Korpri sebagai pemersatu bangsa, memberikan perlindungan hukum, serta mengemban kesejahteraan anggota.

“Tema peringatan Hari Korpri tahun ini adalah 46 tahun Korpri Kerja Bersama, Setia Sepanjang Masa," beber Noor.

Menurutnya, tema ini bertujuan memantapkan fungsi organisasi Korpri sebagai perekat persatuan bangsa, memantapkan netralitas seluruh anggota terutama menghadapi Pemilihan Umum Kepala daerah (Pemilukada) serentak, meningkatkan semangat profesionalitas seluruh PNS, mengajak anggota Korpri di seluruh Indonesia untuk meningkatkan kinerja terutama di bidang pelayanan publik dan kesehatan jasmani dan rohani.

“Dan tak lupa guna meningkatkan kepedulian sosial dan lingkungan dalam bentuk kegiatan olahraga, bakti sosial, penghijauan, pembinaan mental atau rohani,” lontar Noor.

Sementara itu, Noor juga menyampaikan sambutan Menteri Kesehatan RI, Prof. dr. Nila Farid Moeloek, Sp, M (k), pada peringatan Hari Kesehatan Nasional tahun 2017 yang mengambil tema “Sehat Keluargaku Sehat Indonesiaku”. Tema ini, terangnya, sejalan dengan program Indonesia Sehat Melalui Pendekatan Keluarga yang menekankan keluarga sebagai bagian penting dalam mendorong masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat.

“Program ini pada dasarnya merupakan integrasi pelaksanaan program-program kesehatan baik upaya kesehatan perorangan (UKP) maupun upaya kesehatan masyarakat (UKM) secara berkesinambungan,” terang Noor.

Menurut bapak 5 orang anak ini, pada program tersebut, pembangunan kesehatan juga perlu melibatkan lintas sektor melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Hal itu, imbuhnya, didasarkan pada kenyataan bahwa keberhasilan program kesehatan tidak lepas dari peran masyarakat dan lintas sektor terkait.

“Saat ini permasalahan kesehatan yang masih terjadi di Indonesia, di antaranya masih tingginya angka kematian ibu, tingginya angka kurang gizi serta penyakit menular dan tidak menular. Hal ini harus segera diselesaikan jika kita ingin meningkatkan kualitas hidup sehat saat ini dan masa yang akan datang,” pinta Noor.

Noor juga meminta semua pihak agar menjadikan peringatan HKN ini sebagai momentum untuk meneguhkan kembali komitmen, menguatkan tekad serta menggugah semangat insan kesehatan agar senantiasa memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat serta terus berupaya menyadarkan masyarakat agar mandiri dalam aspek kesehatan.

Masih pada acara yang sama, suami dari Andayati ini juga mengutip sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Muhajir Efendi dalam memperingati Hari Guru Nasional tahun 2017, yang mengambil tema “Membangun Pendidikan Karakter Melalui Keteladanan Guru”.

“Tema ini erat kaitannya dengan implementasi Peraturan Presiden Nomor 87 tahun 2017 tentang penguatan pendidikan karakter,” aku Noor.

Menurut pria asal Rengel ini, peraturan presiden tersebut mengamanatkan bahwa guru sebagai sosok utama dalam satuan pendidikan. Mereka, jelas Noor, memiliki tanggung jawab membentuk karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga.

Lebih jauh Noor juga meminta, guru dan tenaga kependidikan harus mampu mengelola kerjasama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat untuk mengobarkan gerakan nasional revolusi mental.

“Urgensi penguatan karakter ini semakin mendesak seiring dengan tantangan berat yang kita hadapi di masa datang,” tutur Noor.

Masih menurutnya, peserta didik saat ini adalah calon generasi emas Indonesia pada 2045 mendatang, yang harus memiliki bekal jiwa Pancasila guna menghadapi dinamika perubahan yang sangat cepat dan tidak terduga.

“Oleh karena itulah, mari kita mendukung guru-guru kita untuk terus bekerja keras mewujudkan generasi penerus yang cerdas dan beraklak mulia, agar dapat berperan sebagai “the significant other” bagi peserta didik. Guru harus menjadi sumber keteladanan,” ajak Noor. (nanang wibowo/hei)

comments powered by Disqus