Foto : Makam Mbah Jabbar yang terletak di Desa Mulyoagung. (ica)

Melongok Makam Mbah Jabbar, Sosok Juru Dakwah Islam Keturunan Darah Biru

  • 13 March 2024 20:17
  • Heri S
  • Umum,
  • 229

Tubankab – Selain terkenal sebagai tanah kelahiran Ronggolawe, Kabupaten Tuban juga dikenal sebagai Bumi Wali. Tidak sedikit juru dakwah yang dimakamkan di wilayah Kabupaten Tuban. Salah satunya makam Syeikh Abdul Jabbar atau dikenal sebagai Mbah Jabbar yang terletak di atas bukit di Desa Mulyoagung, Kecamatan Singgahan, Tuban. Tepatnya berseberangan dengan wisata air terjun Nglirip. 

Juru kunci makam, Nursyam menceritakan Mbah Jabbar merupakan sosok yang memiliki kewibawaan yang luar biasa. Makamnya banyak dikunjungi peziarah, bahkan dari luar Kabupaten Tuban. Para peziarah berasal dari berbagai wilayah di Jawa Barat, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. “Tidak sedikit peziarah yang datang dari Malaysia menyempatkan untuk berziarah,” ujarnya, Rabu (13/03).

Nursyam mengatakan Mbah Jabbar mempunyai nama asli Pangeran Sumoyudo yang merupakan keturunan Kerajaan Pajang (Surakarta). Meski memiliki keturunan ‘darah biru’, Mbah Jabbar tidak pernah berlaku sombong. Sebaliknya, Mbah Jabbar menjadi pribadi yang bersahaja dan jauh dari gambaran sosok kerajaan. 

Sebelum dikenal menjadi juru dakwah, Mbah Jabbar merupakan panglima perang dari Kerajaan Pajang. Awal mula kedatangan Mbah Jabbar ke wilayah Singgahan lantaran ia melarikan diri akibat kekalahan Kerajaan Pajang dari penjajahan Belanda pada sekitar tahun 1628-1629. Mbah Jabbar memutuskan meninggalkan wilayah Kerajaan Pajang untuk menghindari kejaran Belanda. Setibanya di Singgahan, Mbah Jabbar tinggal di rumah seorang tokoh dan ahli ilmu kanuragan bernama Mbah Sarkowi atau lebih dikenal dengan Mbah Ganyong. 

“Di sinilah awal mula Mbah Jabbar memulai dakwah Islam di daerah Singgahan,” jelasnya.

Mbah Jabbar menjadikan wilayah Desa Mulyoagung sebagai pusat aktivitasnya. Ia mengajarkan nilai-nilai Islam kepada warga sekitar hingga akhir hayatnya. Nama Mbah Jabbar kian tersohor lantaran saat meninggal jenazahnya mengeluarkan aroma harum atau disebut warga sekitar dengan istilah ‘gondowani’. Aroma wangi dari jenazah Mbah Jabbar dapat tercium hingga luar Desa Mulyoagung.

Guna menghormati perjuangan dakwah Mbah Jabbar, warga setempat tiap tahun menggelar haul pada 17 Muharram. Peringatan Haul Mbah Jabbar bisa berlangsung 3 hari 2 malam. Hal tersebut dikarenakan banyaknya peziarah yang datang. (m agus h/hei)

comments powered by Disqus