MESKI TERKENDALA PUPUK, DINAS PERTANIAN BERUPAYA PENUHI TARGET PRODUKSI

Tubankab - Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tuban terus berupaya memenuhi target luas tambah tanam (LTT), sesuai target dari kementerian pertanian.

“Semua target tanaman pangan dari kementerian, nanti ujung-ujungnya ke target produksi. Untuk tahun ini, progres Tuban meningkat dibandingkan dengan tahun lalu,” ujar Kepala Bidang Tanaman Pangan pada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tuban Dharmadin Noor, SP saat ditemui wartawan di ruang kerjanya, Senin (09/10).

Dharmadin mengungkapkan, untuk tahun lalu target dari padi sebesar 98 ribu hektare dan terealisasi 101 ribu hektare. Realisasi tahun lalu, sambungnya, dijadikan target tahun ini. “Sampai dengan hari ini kita sudah mencapai 103 ribu hektare untuk padi dari luasan lahan kita sebesar 56 ribu hektare,” akunya.

Sedangkan untuk jagung, Sarjana Pertanian Universitas Mulawarman ini menyampaikan, target tahun ini adalah 98 ribu hektare dan sudah terealisasi sebesar 115 ribu hektare. Sehingga, lanjutnya, semua target dari kementerian telah terpenuhi, kendati tahun ini masih tersisa beberapa bulan.

Dari target LTT yang sudah terpenuhi, bapak satu orang putri ini mengungkapkan produksi tanam juga turut meningkat, karena berdasarkan asumsi dari pemerintah sendiri, rata-rata per hektare bisa produksi sebanyak 6,2 ton, sedangkan tahun lalu hanya 5,9 ton per hektare.

“Itu untuk yang padi, kalau jagung masih berkisar 5,7 ton per hektare. Dan ini masih menjadikan kita produksi jagung tetinggi di Jawa Timur, namun untuk luasan lahan masih dipegang Pamekasan atau beberapa daerah di Madura,” beber Dharmadin.

Secara keseluruhan, menurut Dharmadin, untuk 2017 Tuban bisa memproduksi 607.316 ton padi. Hal ini meningkat drastis dari target tahun lalu yang sebesar 584 ribu ton, sedangkan untuk jagung 528.853 ton.

Tingginya produksi tanaman jagung dikatakan oleh Magister Pertanian Universitas Pembangunan Nusantara ini, sebab dari sisi historis, masyarakat petani Tuban sebagian besar sudah minded dengan tanaman jagung. Sedangkan dilihat dari lahan, imbuhnya, lahan-lahan pertanian di Tuban sebagian besar merupakan lahan kering dan tadah hujan. Sehingga, sangat cocok digunakan dalam pertanian jenis jagung.

“Jadi, sebetulnya meningkatnya itu selain dari sisi historis, bantuan dari pemerintah juga sangat membantu, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, terutama terkait sarana produksi dan alsintan,” ungkapnya.

Masih menurut mantan Kasubid Eknomi Badan Perencana Pembangunan Daerah (BAPPEDA) ini, meningkatnya produksi hasil tanam Tuban juga dipengaruhi oleh pemerintah pusat, lantaran bantuan dari pemerintah pusat berupa alsintan sangat membantu petani dalam menjalankan mata pencahariannya tersebut.

“Yang jadi kendala itu di pupuk. Kita sangat terbatas untuk pupuk, dari rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK), kita seharusnya mencapai 372 ribu ton, namun tahun ini kita hanya mendapat 110 ribu ton. Kurang lebih hanya 30 persen. Dari jumlah itu kita dipacu untuk membaginya secara proporsional,” beber Dharmadin.

Selain itu, Dharmadin juga menjelaskan salah satu kendala yang juga dirasakan secara nasional, yakni terkait sumber daya manusia (SDM). Hal ini disebabkan, untuk saat ini yang berkecimpung di dunia pertanian hampir sebagian besar dari generasi tua.

“Ini bukan masalah di Tuban saja, bahkan sudah nasional. Kalau saya lihat datanya di BPS itu, kita hanya menyerap 47 persen tenaga kerja. Padahal, 70 persen masyarakat kita adalah kaum tani,” ujar Dharmadin.

Guna mengantisipasi kelangkaan petani, dikatakan oleh Dharmadin, harus ada upaya yang menarik. Dharmadin mencontohkan, bisa dikembangkan beberapa kawasan untuk mengembangkan ekonomi lokalnya, seperti kawasan agropolitan, bina politan, dan juga membangun kawasan-kawasan produk unggulan lokal.

“Seperti kalau di peternakan ada yang namanya claster sapi, itu kan sebenarnya tujuan awalnya supaya bisa di-menej. Sehingga, dalam proses bisa direncanakan,” kata Dharmadin.

Dari yang disampaikan, Dharmadin memberi kesimpulan, untuk bisa menarik minat para generasi muda, maka harus bisa membangun mekanisme pertanian yang berorientasi ke arah bisnis yang menyenangkan. “Anak-anak muda itu kan yang penting menghasilkan. Dia bisa tekuni itu, jadi petani kan tidak harus berbecek-becekan,” jlentrehnya.

Minimnya generasi muda di bidang pertanian diakui olehnya sebagai kondisi alami di republik ini, sehingga mulai dari sekarang, dikembangkan secara pelan-pelan terkait modernisasi di bidang pertanian yang sudah barang tentu untuk memudahkan sekaligus menarik generasi muda berkecimpung di pertanian.

“Dukungan dari pemerintah pusat sampai Tuban bisa ditingkatkan, mulai dari sarana produksi sampai dengan peningkatan SDM. Kalau petani pinter kita mudah mengedukasi petani terkait inovasi,” pungkas Dharmadin. (nanang wibowo/hei)

comments powered by Disqus