PELATIHAN JITUPASNA, WABUP : BENCANA ADALAH AKUMULASI ULAH MANUSIA
- 17 July 2017 16:51
- Heri S
- Kegiatan Pemerintahan,
- 565
Tubankab - Wakil Bupati Tuban Ir. Noor Nahar Hussein,M.Si menuturkan, semua orang pasti pernah mengalami bencana, bahkan tidak terelakan lagi, sebagian penduduk Kabupaten Tuban, khususnya yang berada di sekitar bantaran Bengawan Solo mengalami bencana setiap tahunnya.
“Secara pribadi kita tidak bisa menolak bencana, namun kita memiliki kewajiban untuk meminimalisir dampak dari kejadian itu,” tandas Noor Nahar saat memberikan sambutan pada kegiatan Pelatihan Kajian Kebutuhan Pasca Bencana (Jitupasna) di Gedung Korpri Tuban, Senin (17/07).
Menurutnya, dari pelatihan ini nantinya akan dibuat tanggul di bantaran Bengawan Solo di wilayah Tuban sepanjang 25 kilometer (mulai dari Rengel-Parengan). Sampai hari ini, lanjut Noor, dari panjang keseluruhan, yang dibangun baru mencapai 1,5 kilometer. “Dengan kejadian yang ada, BPBD mampu memvisualisasikan kejadian bencana terhadap pemerintah pusat, sehingga perhatiannya akan semakin tinggi,” imbuhnya.
Menurut wakil bupati dua periode ini, wilayah Kabupaten Tuban merupakan wilayah yang lengkap. Hal ini bukan tanpa sebab, mengingat wilayah Kabupaten Tuban terdiri dari pantai, lahan pertanian, sampai dengan perbukitan.
“Ini semua mendukung bagi kemajuan dan kemakmuran ekonomi kita. Namun harus diwaspadai potensi alam yang berlimpah. Jika tidak dikelola dengan baik, maka akan berdampak bencana. Oleh sebab itu, pengelolaannya harus dilaksanakan dengan penuh kearifan,” ujar Noor.
Noor menyadari, kejadian bencana merupakan akumulasi dari ulah manusia sendiri. Noor memberi contoh, seperti banjir yang terjadi, merupakan efek dari alih fungsi lahan, pembuangan sampah yang sembarangan oleh manusia, serta berbagai macam hal lainnya. “Kita mengajak semuanya, jangan hanya eksploitasi tanpa ada batasnya, sehingga merusak lingkungan kita,” ajak Noor.
Noor juga membeberkan, saat ini Pemkab Tuban sedang merumuskan tentang bagaimana agar terbentuk citra positif dan sekaligus menjadi ciri khas Kabupaten Tuban, agar bisa menjadi spirit bagi pemerintah, masyarakat, dan segenap warga serta dunia usaha di Kabupaten Tuban di dalam membangun dan meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi. “City branding kita adalah Tuban Bumi Wali The Sprit of Harmony,” bebernya.
Semangat ini dinilai tepat oleh wabup dalam penanggulangan bencana, hal ini disebutkan dalam Undang-undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, telah ada perubahan paradigma, yang semula responsive, kini menjadi preventif. Hal ini dinilai sejalan dengan spirit yang telah dikemukakan olehnya.
“Sekarang yang dikedepankan itu tindakan penanggulangan bencana, dan pasca bencana, sehingga kita dapat memvalidasi data terhadap dampak yang ditimbulkan oleh bencana,”ungkap Noor.
Selain hal tersebut, Noor juga menjelaskan, selama ini banyak yang salah mengerti tentang istilah hidup bersama bencana, karena banyak orang yang terkena bencana saat dievakuasi tidak berkenan. Sehingga, sambung Noor, akan menimbulkan dampak yang lebih buruk lagi.
“Konsep living harmony with disasters, adalah konsep di mana masyarakat harus menyadari bahwa wilayahnya rawan bencana, sehingga yang menjadi keharusan adalah menyadari bahaya yang akan timbul akibat bencana. Dengan demikian akan mengerti dan tahu harus berbuat apa, sebelum, saat terjadi, dan sesudah bencana,” jelas Noor panjang lebar.
Kendati demikian, wabup juga meminta kepada seluruh elemen masyarkat dan stake holder terkait, untuk sigap menangani bencana. Sebab, menurut Noor, upaya penanggulangan bencana tidak akan pernah bisa berhasil tanpa adanya dukungan dari masyarakat dan stake holder terkait.
“Berdasarkan pengalaman, penanggulangan bencana sering terjadi miss komunikasi. Oleh karena itu, dengan adanya BPBD, kejadian tersebut bisa dihindari,” pungkas Noor. (nanang wibowo/hei)