PEMKAB KEMBANGKAN 17 POTENSI WISATA DI DESA

Tubankab - Meski banyak menemukan kendala, Pemkab Tuban akan terus mengembangkan objek wisata. Terlebih, masyarakat terus mendukung adanya pengembangan potensi wisata, karena mampu menggerakkan roda perekonomian.

“Saat ini Pemkab hanya kelola 4 objek wisata, yakni Goa Akbar, Pemandian Alam Bektiharjo, Pantai Boom dan Museum Kambang Putih. Namun, masih banyak objek wisata yang harus dikembangkan, terutama di desa-desa. Saat ini, sedikitnya terdapat 17 objek wisata yang akan dikembangkan di desa,” ungkap Kepala Dinas Pariwisata Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Kabupaten Tuban Drs. Sulistyadi kepada wartawan di kantornya, Rabu (24/01).

Dengan banyaknya potensi wisata yang bisa dikembangkan, Didit, panggilan akrab Sulistyadi, berharap akan ada kerja sama yang sinergis antara pengelola wisata tersebut dengan Pemkab, walaupun pihak Pemkab tidak bisa menggalang retribusi dari tempat wisata yang dikelola oleh desa secara penuh, lantaran pemkab hanya mengenakan 30 persen dari sisi parkir.

Berangkat dari kenyataan tersebut, mantan Kepala Bagian Humas dan Protokol Setda Kabupaten Tuban ini akan mencoba membuat suatu regulasi guna menonjolkan objek-objek wisata yang dikelola oleh desa, terutama memberikan masukan untuk pengelola agar membentuk kelompok sadar wisata (Pokdarwis).

“Yang bertanggungjawab untuk hal tersebut adalah Pokdarwis, jika memang belum ada badan usaha milik daerah (BUMD) yang mengelola,” lontar Didit.

Lebih jauh ia juga berujar, Pokdarwis tidak bisa lepas dari Pemkab dalam hal ini Disparbudpora, karena Pokdarwis yang sudah resmi terbentuk, adalah Pokdarwis yang dikukuhkan oleh bupati melalui Disparbudpora. Sehingga, Pokdarwis harus terus bersinergi dengan Disparbudpora.

“Kalau dikatakan Pokdarwis tidak bisa lepas dari kami, itu benar adanya, karena, secara ex efficio kami adalah pembina bagi Pokdarwis,” ujar Didit.

Selain potensi wisata yang mengandalkan pemandangan alam, Didit juga membeberkan, saat ini sudah ada pengembangan desa wisata berbasis budaya, tepatnya di Desa Sukorejo, Kecamatan Rengel, di mana desa wisata ini muncul untuk mengangkat brand bagi Desa Sukorejo.

Senada dengan Didit, salah satu penggagas desa wisata berbasis budaya yang juga seorang staf pada Disparbudpora Tuban Eko Hardoyo menyampaikan, selama ini yang menjadi brand suatu daerah selalu berkaitan dengan bangunan fisik, sehingga Sukorejo mencoba dengan pendekatan budaya, lantaran di Sukorejo terdapat banyak budaya, mulai dari, Sandur, Wayang Krucil, Tengul, Kulit dan Pencak Dor.

“Saat ini masih dalam tahap sosialisasi, diharapkan dengan adanya media-media yang mem-blow up hal tersebut, maka akan lebih cepat dikenal masyarakat,” harap Eko.

Tak hanya itu, ia melanjutkan, untuk tahun ini akan diadakan acara tahunan, yakni Gradangan Art Festival di mana, akan menyajikan seni dan budaya, antara lain pawai budaya, kirab pusaka, seribu satu tumpeng, kuliner khas Sukorejo. Tujuannya, untuk menghidupkan kembali seni dan budaya yang sudah mulai tergerus zaman.

Sementara itu, Didit mengimbau masyarakat agar ikut dan turut serta mendukung pengembangan potensi wisata yang ada di Tuban pada umumnya, dan potensi wisata yang ada di daerahnya masing-masing pada khususnya.

“Di Tuban masih banyak potensi wisata yang bisa digali, kami berharap baik itu pribadi maupun kelompok untuk dikembangkan menjadi objek wisata, karena nanti pasti kami akan membantu, baik dari sisi peraturan maupun sarana dan prasarana. Dengan demikian, objek wisata di Tuban yang mengandalkan pemandangan alam bisa lebih maju dibanding daerah lainnya,” imbau Didit. (nanang wibowo/hei)

comments powered by Disqus