Foto : Rakor Persiapan Pelaksanaan Rembuk Stunting & Penyusunan Renja Pencegahan dan Percepatan Penurunan Stunting di Aula Dinkes P2KB Tuban (yeni)

Percepatan Penurunan Stunting di Tuban, Kadinkes P2KB Ajak Semua Pihak Bersinergi

Tubankab – Sebagai pemantapan dalam upaya penuntasan serta keberlanjutan pencegahan dan penanganan stunting untuk mewujudkan Indonesia Emas tahun 2045, maka program percepatan penurunan stunting harus terus dilanjutkan dengan dukungan, komitmen yang kuat, dan sinergi seluruh pemangku kepentingan.

Hal ini disampaikan Kepala Dinkes P2KB Tuban, Dra. Esti Surahmi, Apt., saat membuka Rapat Persiapan Rembuk Stunting bagi Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) sekaligus Penyusunan Rencana Kerja Pencegahan dan Percepatan Penurunan Stunting di Aula Aster dinas setempat, Kamis (24/04).

Esti Surahmi menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah berjuang bersama dalam upaya penurunan angka stunting di Kabupaten Tuban. Hasil dari upaya tersebut, ungkapnya, terlihat dari penurunan angka stunting dari 24,9 persen pada tahun 2022 menjadi 17,8 persen pada tahun 2023.

“Diharapkan, penurunan angka stunting bisa kembali kita lakukan pada tahun 2025 ini. Kuncinya terletak pada kolaborasi antara pemerintah dan berbagai stakeholder terkait lainnya,” ujar Esti, sapaannya.

Untuk itu, perempuan berhijab itu berharap kolaborasi yang telah terjalin dapat dipertahankan dan ditingkatkan kembali pada tahun ini. Sebab, sesuai arahan Bupati, meskipun pada tahun 2024 target prevalensi stunting nasional sebesar 14 persen, diupayakan untuk menekan angka stunting lebih rendah lagi hingga mencapai satu digit.

Lebih lanjut, Esti menjelaskan, berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, angka prevalensi stunting di Kabupaten Tuban sedikit lebih tinggi dari angka prevalensi stunting Provinsi Jawa Timur, yaitu 17,7 persen. Namun demikian, prevalensi stunting di Kabupaten Tuban masih berada di bawah angka prevalensi stunting nasional, yang mencapai 21,5 persen.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Kefarmasian dan Alat Kesehatan serta Tenaga Kesehatan Dinkes P2KB Kabupaten Tuban, Rukmini, S.K.M., M.M., mengatakan bahwa pencegahan dan penurunan stunting menjadi fokus utama saat ini, bukan hanya sekadar penurunan angka. Hal ini karena upaya pencegahan lebih efektif untuk mencegah terjadinya stunting baru dibandingkan dengan hanya menangani kasus yang sudah terjadi.

“Upaya pencegahan ini melibatkan berbagai tindakan, termasuk perbaikan gizi ibu hamil dan remaja putri, serta pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak sejak dini,” terangnya.

Dikatakan Rukmini, perubahan fokus ini menunjukkan bahwa pemerintah dan berbagai pihak terkait semakin memahami pentingnya mencegah stunting sejak dini, bukan hanya menekan angka prevalensi yang sudah ada. Dengan fokus pada pencegahan, diharapkan dapat mengurangi jumlah kasus stunting baru dan memperbaiki kualitas hidup anak-anak di masa depan.

Menurut kepala bidang yang kerap disapa Mimin ini, indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan program ini juga telah bertambah, dari semula 29 indikator menjadi 31 indikator. Indikator yang digunakan sebelumnya mencakup berbagai aspek, seperti tingkat gizi ibu hamil, pertumbuhan anak, akses terhadap air bersih, dan sebagainya. Dengan peningkatan menjadi 31 indikator, imbuhnya, terdapat indikator-indikator baru yang lebih spesifik dan relevan untuk mengukur dampak intervensi pencegahan stunting.

Selanjutnya, Rukmini menuturkan bahwa sistem pelaporan Aksi Percepatan Penurunan Stunting (Bangda Kemendagri) juga mengalami perubahan. Perubahan ini mencakup pelaporan data stunting secara lebih terintegrasi dan terpadu, serta pemanfaatan teknologi informasi untuk pemantauan yang lebih efektif.

“Perubahan ini untuk memastikan pelaporan data stunting menjadi lebih akurat, tepat waktu, dan terintegrasi. Tujuannya agar data yang dihasilkan dapat digunakan sebagai dasar pengambilan kebijakan dan intervensi yang tepat guna,” pungkasnya. (yeni dh/yavid)

comments powered by Disqus