Foto : Dinkes P2KB Kabupaten Tuban saat gelar peringatan Hari Gizi Nasional ke-26. (mila)

Peringatan Hari Gizi Nasional Fokus pada Pengurangan Angka Stunting

Tubankab - Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Kabupaten Tuban memperingati Hari Gizi Nasional ke-26 di aula dinas setempat, Selasa (25/01).

Kepala Dinkes P2KB Bambang Priyo Utomo mengungkapkan, tema tahun ini adalah Aksi Bersama Cegah Stunting dan Obesitas, Gizi Seimbang Keluarga Sehat, Negara Kuat.  Tema besar hari gizi ke- 26 yang berfokus pada penanganan kasus stunting serta obesitas sangat singkron dengan program Pemkab Tuban.

“Bagai gayung bersambut, selain menjadi fokus kesehatan nasional, stunting juga menjadi fokus program Mas Bupati saat ini,” ungkap Bambang.

Adapun saat ini angka stunting di Kabupaten Tuban masih cukup tinggi, yaitu 25,1 persen. Angka ini di atas rata- rata provinsi, yaitu 23 persen dan nasional di angka 24, 4 persen.  Untuk itu, Bambang menegaskan jika penanganan stunting tidak bisa dilakukan oleh Dinas Kesehatan saja, tetapi lintas sektoral.

“Selain kita bekerja sesuai SOP Dinas Kesehatan, kita akan gandeng OPD terkait seperti Dinas Pendidikan, Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan, dan OPD terkait lainnya,” ucap Bambang.

Bambang menambahkan, stunting juga menjadi salah satu indikator kemiskinan. Untuk itu,  penanganan stunting menjadi urgensi yang harus segera diselesaikan. Memutus mata rantai stunting dengan cara memperhatikan gizi ibu hamil,  hingga pada 1000 Hari Pertama Kelahiran (HPK). Seluruh petugas gizi memiliki kewajiban untuk mengedukasi masyarakat. “Kita punya 72 ahli gizi yang tersebar di semua rumah sakit dan 33 puskesmas. Mereka bertugas untuk memberikan edukasi kepada ibu, calon ibu, sampai remaja,” jelas Bambang.

Menurutnya, edukasi akan mencegah timbulnya kasus stunting baru. “ Jadi jangan ada stunting- stunting lain yang lahir dari keturunan kita. Kita putus melalui pemahaman tentang pentingnya pemenuhan gizi saat hamil hingga 1000 HPK,” jelentrehnya.

Sementara itu, Ketua Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) Menik Musyahadah mengatakan, pihaknya tengah melakukan aksi bersama cegah stunting dan obesitas. Menurutnya, kasus stunting di Tuban masih sangat tinggi. “Masih tinggi karena di atas rata-rata provinsi dan nasional. Dan ini memacu kita agar semua anggota bekerja maksimal,” tutur Menik.

Apalagi saat ini stunting  juga menjadi program prioritas dari Mas Bupati Tuban, sehingga diharapkan singkronisasi program dapat terjalin dengan Pemkab Tuban untuk mengatasi stunting. “Sangat baik, hal tersebut akan lebih memaksimalkan program intervensi yang dilakukan untuk pencegahan stunting di Kabupaten Tuban,” tutup Menik.

Menik menambahkan, demi memaksimalkan program sosialisasi serta edukasi tentang pentingnya gizi, Persagi Tuban juga bekerjasama dengan Bunda PAUD agar penanganan bisa dilakukan hingga di akar rumput.

Adapun Ada 6 intervensi yang dilakukan oleh Persagi Tuban yaitu; Promosi dan konseling pemberian makan bayi dan anak, promosi dan konseling menyusui atau ASI eksklusif, pemantauan pertumbuhan dan perkebangan anak, pemberian suplemen tablet tambah darah bagi ibu hamil dan remaja serta pemberian vitamin A, penanganan masalah gizi dan pemberian makanan tambahan (PMT), tata laksana gizi buruk dengan intervensi spesifik diikuti dengan strategi peningkatan kapasitas SDM, peningkatan kualitas program, keenam  penguatan edukasi gizi dan penguatan manajemen intervensi gizi di puskesmas dan posyandu.

Adapun untuk obesitas, Menik menjelaskan jika angka obesitas di Kabupaten Tuban meningkat di masa pandemi. “Untuk balita  3,8 persen dan untuk usia 18 tahun ke atas ada di angka 21,8 persen,” ungkap Menik.

Faktanya, kemudahan teknologi serta adanya sekolah daring dan sistem Work From Home (WFH) membuat masyarakat kurang bergerak, akibatnya mereka terkena obesitas. “Pingin makan tinggal pesan online, dan jajan apapun terutama koren food yang saat ini digandrungi, dan makanan kaya natrium lainnya, itu memicu obesitas dan penyakit degeneratif,” jelas Menik.

Untuk itu, tutur Menik, ahli gizi di rumah sakit hingga puskesmas bertugas untuk memberikan konseling kepada masyarakat. “Pelaksana gizi dan tenaga nutrisionis bertugas untuk memberikan konseling kepada mereka, bagaimana menentukan makanan yang sehat dan bernutrisi,” tutup Menik. (nurul jamilah/hei)

comments powered by Disqus