Foto : Pembatik tulis asal Bojonegoro, Tatik saat membatik tulis di rumahnya. (ist)

Program CSR Pertamina Antarkan Kesuksesan Usaha Batik Seorang Guru TK

  • 03 June 2024 16:09
  • Heri S
  • Umum,
  • 565

Tubankab - Seorang wanita asal Desa Sambiroto, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro, sukses menjadi pembatik tulis. Adalah Ibu Tatik nama pembatik tersebut. 

Wanita berusia 52 tahun ini menceritakan kesuksesannya saat menjadi salah satu "lokal hero" pada acara Media Gathering bertema Energizing Media, Inspiring Change yang diselenggarakan oleh PT. Pertamina EP di sebuah hotel di Bandung, 2-5 Juni 2024.

Bu Mul, demikian ia akrab disapa, menuturkan, awalnya ia merintis usaha batik sejak tahun 2017 ini sangat berat. Karena ia harus jatuh bangun menyusul usaha yang ia jalani tidak bisa berkembang. 

Agar hasil karyanya bisa survive, ia tak segan mengikuti pelatihan batik yang diselenggarakan oleh PT. Pertamina EP, melalui program CSR yang ditawarkan kepada pemerintahan desa setempat. Mengikuti pelatihan pun tidak mudah. Sebab, jarak antara rumahnya dengan tempat pelatihan sangat jauh, yakni sekitar 5 kilometer. Namun, Tatik tidak putus asa. Pelatihan terus diikuti hingga selesai. "Dulu saat ikuti pelatihan batik sangat berat, karena jarak yang saya tempuh sekitar 5 kilometer," tutur Tatik mengawali ceritanya di hadapan wartawan yang mengikuti acara ini.

Sarjana pendidikan IKIP Bojonegoro ini melanjutkan, setelah usai mengikuti pelatihan, ia lalu melanjutkan usaha batik sendiri bersama puluhan emak dan remaja di desanya. Alasan Tatik membuka kerajinan batik karena di desanya terdapat banyak tanaman sambiloto. "Nah, dari situ saya muncul ide membuat batik setelah ikut pelatihan," tutur wanita berpenampilan sederhana ini.

Namun, upaya yang ia lakoni tidak semudah membalikkan kedua telapak tangan. Sebab, pandemi covid-19 meluluhlantakkan berbagai aspek usaha, termasuk usaha yang ia rintis bersama teman-temannya di rumah Batik Kembang Sambiloto tersebut.

"Usaha yang kami jalani saat itu sempat terhenti karena pandemi, bahkan  sempat bubar karena tak ada modal usaha," ujar perempuan yang juga berprofesi sebagai guru TK ini seakan meratapi nasibnya.

Namun, Tatik tak ingin  larut dalam kesedihan. Ia berusaha bangkit untuk tetap melanjutkan usahanya tersebut. Apalagi, semangat Tatik dalam mengembangkan usahanya itu ditangkap oleh PT. Pertamina dengan memberikan modal usaha melalui program pemberdayaan desa, agar usaha yang ia rintis bisa eksis. 

"Kalau nggak ada fasilitas dari Pertamina, ya mungkin tidak bisa bangkit lagi. Mungkin mati suri atau bahkan gulung tikar," kenangnya saat itu. 

Setelah dapat "vitamin" dari Pertamina, usaha yang ia lakoni terus bangkit. Dampaknya banyak pesanan dari para konsumen. Pundi-pundi rupiah pun terus mengalir. 

Untuk mengembangkan usahanya itu, Tatik pun sering mengikuti pameran di sejumlah tempat. "Dampaknya setelah mengikuti pameran, produksi batik semakin meningkat karena permintaan konsumen juga bertambah banyak," ujarnya bangga. 

Dari seringnya ikut pameran tersebut, Tatik sering mendapatkan berbagai penghargaan, baik dari pemerintah atau perusahaan, karena mampu menggerakkan tetangganya untuk bisa mengangkat mereka yang dulunya seorang pengangguran, kini bisa berwirausaha.

"Ya Alhamdulillah, sekarang wanita di desa kami dapat hidup lebih sejahtera. Padahal, dulu setiap warga hanya berpenghasilan Rp 1,5 juta per bulan," tutur pembatik yang mengandalkan motif batik sambiloto dan tengul ini.

Ia berharap ke depan kelompoknya bisa bertambah maju dan wanita desanya lebih mencintai batik sebagai usaha untuk memperbaiki perekonomian mereka. "Semoga lebih bisa kreatif lagi," harap pembatik yang sudah memiliki hak paten atas karyanya itu. (heri setiawan/hei)

comments powered by Disqus