Rempeyek Bunder Saonone, Produk UMKM Khas Bangilan
- 09 December 2022 13:13
- Heri S
- Umum, Produk Unggulan,
- 1666
Tubankab - Satu lagi camilan di Kabupaten Tuban mulai digandrungi masyarakat. Rasanya yang gurih dan renyah membuat produk olahan tersebut banyak diburu.
Rempeyek Bunder Saonone namanya. Makanan ringan asal Dusun Sambong Lombok, Kecamatan Bangilan ini digandrungi para konsumen karena cita rasanya yang khas.
Adalah Astutik (40), produsen Rempeyek Saonone tersebut. Semua produk dari Saonone saat ini sangat diminati oleh customer dan sudah memiliki izin pangan industry rumah tangga (PIRT) dan juga bersertifikasi halal.
Home industri ini berdiri sejak tahun 2017. Dahulunya bernama Rempeyek Bunder Larisa. Seiring berjalannya waktu, beberapa produk lainnya telah dihasilkan. Di antaranya keripik jambu, keripik kulit ayam, keripik usus, dan kerupuk sandaria (kutela).
“Saya disarankan Dinkes Kabupaten Tuban dalam pengurusan izin PIRT untuk berganti nama menjadi Rempeyek Bunder Saonone di tahun 2019,” jelas Astutik mengawali ceritanya, Jumat (09/12).
Dalam proses produksinya, Astutik menerangkan bahwa untuk pembuatan rempeyek dibutuhkan waktu yang cukup lama, baik dalam proses pengeringan, marinasi, penggorengan, maupun packaging. Apalagi seluruh proses produksi dari produk Saonone ini hanya di-handle oleh Astutik dan suami.
Hal tersebut berimbas terhadap harga Rempeyek Saonone yang dianggap relatif mahal di awal berdirinya Saonone. Selain itu, juga membuat rempeyek saonone menjadi kurang diminati.
Astutik bercerita, dahulu ia dan produknya sering dipandang sebelah mata oleh customer, namun dia berhasil membuktikan bahwa produk Saonone dapat dan mampu bersaing dengan produk lainnya.
Selain rempeyek, sebut Astuti, salah satu dari sekian banyak produk yang dihasilkan, adalah keripik daun jambu yang paling unik.
Astutik mengatakan, ide membuat keripik daun jambu berawal ketika melihat daun jambu biji yang begitu melimpah di pekarangan rumahnya. Kemudian Astutik mencoba untuk mengolahnya agar menjadi camilan yang unik, menarik dan tentunya enak. Lewat beberapa percobaan akhirnya ia berhasil membuat keripik daun jambu.
“Saya pakai daun jambu biji merah yang saya tanam sendiri di pekarangan,” akunya.
Dalam proses pengolahannya sendiri, ujar Astuti, diperlukan beberapa tahap. Di antaranya pemilihan daun jambu biji yang paling muda, pencucian daun jambu biji, pengeringan, perebusan, hingga penggorengan.
Wanita yang juga tergabung dalam Paguyuban Sobat UMKM Bangilan ini mengatakan untuk memasarkan keripik daun jambu dan produk lainya dari Saonone, ia beserta seluruh anggota Paguyuban Sobat UMKM Bangilan rutin mengadakan pameran UMKM pada Sabtu malam di depan Kantor Kecamatan Bangilan.
Astutik berharap masyarakat tertarik dengan keripik daun jambu buatannya, karena keunikannya, dan tentunya rasanya yang sangat enak dan khas.
Saat ini, produk-produk olahan Saonone dijual dengan harga variatif, mulai dari Rp 10 ribu hingga Rp 18 ribu. Untuk pemasarannya sendiri, Astutik menambahkan seluruh produk Saonone tersedia di toko oleh-oleh khas Tuban, perhotelan, dan tidak pernah absen ter-display di pameran-pameran UMKM yang diadakan oleh Pemerintah Kabupaten Tuban.
Ditanya perihal omzet, Astutik mengatakan dalam sebulan mampu meraup omzet sebesar Rp 15 hingga Rp 20 juta, tergantung dari pemasarannya. “Lumayan lah mas dalam satu bulan,” katanya malu-malu.
Astutik menambahkan, seluruh produk Saonone direncanakan akan dipasarkan secara online juga sehingga dapat menjangkau pasar yang lebih luas lagi dan ke depan akan lebih fokus lagi untuk semakin membesarkan produknya. (ari agustyas/hei)