Sektor Ekonomi Makro Paling Terdampak Pandemi Covid-19
- 01 September 2021 16:03
- Heri S
- Kegiatan Pemerintahan,
- 10751
Tubankab - Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tuban menyebut pandemi Covid-19 di Kabupaten Tuban membawa dampak bagi masyarakat, utamanya pada sektor ekonomi makro.
Kepala BPS Tuban Eko Mardiana menjelaskan, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2020 hingga pertengahan 2021 mengalami penurunan sebesar minus 5,85 persen. Angka tersebut berbanding terbalik bila dibandingkan dengan tahun 2019-2020 yang mengalami kenaikan sebesar 5,14 persen.
“Kondisi ini disebabkan sektor industri dan pengolahan yang menjadi penyumbang terbesar PDRB Kabupaten Tuban mengalami penurunan yang cukup dalam,’’ terang Eko saat ditemui awak media di ruang kerjanya, Rabu (01/09).
Ia menambahkan, apabila mengabaikan sektor industri dan pengolahan pertumbuhan ekonomi hanya turun kurang lebih 2 persen.
Pertumbuhan ekonomi yang menurun, jelas Eko, tidak hanya dialami Kabupaten Tuban, tetapi juga daerah lain secara nasional. Meski demikian, kata Eko, sektor informasi dan telekomunikasi mengalami kenaikan sebesar 8,88 persen dan sektor jasa kesehatan naik sebesar 8,70 persen.
Lebih jauh Eko menjelaskan, pandemi Covid-19 juga memukul sisi rumah tangga, berupa persentase penduduk miskin bertambah, pada tahun 2019 sebesar 14,58 persen menjadi 15,91 persen pada tahun 2020. Hal ini karena terjadinya PHK dan pembatasan operasional beberapa aspek penggerak ekonomi.
“Nah, sebagai bentuk kompensasi pemerintah mengeluarkan sejumlah bantuan, di antaranya bansos, bantuan tunai, subsidi listrik, bantuan untuk UMKM, maupun relaksasi perbankan,’’ sebutnya.
Pertumbuhan ekonomi yang minus, tutur Eko, dikhawatirkan menyebabkan terjadinya inflasi. Tercatat pada bulan Juli 2021 terjadi inflasi di Kabupaten Tuban sebesar 1,49 persen year on year. Menurutnya, tinggi rendahnya inflasi disebabkan dua faktor utama, yaitu keberhasilan Pemkab dalam mengendalikan inflasi dan kemampuan atau daya beli masyarakat.
Menyikapi hal tersebut, Bupati Tuban, Aditya Halindra Faridzky menginstruksikan kepada Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Tuban untuk segera menyusun langkah dan menetapkan kebijakan jangka pendek, menengah dan panjang. Tujuannya, menekan dan mengendalikan inflasi.
Eko menjelaskan TPID Kabupaten Tuban diinstruksikan untuk mengidentifikasikan sektor pertanian yang menjadi unggulan dan relatif stabil pada masa pandemi Covid-19. Berbagai hasil pertanian akan dipastikan ketersediannya secara berkala. Tidak hanya hasil pertanian, ketersediaan barang dan produk lain juga akan dikontrol.
TPID Kabupaten Tuban, sambung Eko, juga ditugaskan menekan lndeks Harga Konsumen (IHG) dan level harga di masyarakat Kabupaten Tuban yang tergolong lebih tinggi dibandingkan daerah sekitar. Indeks per kapita mencapai 371 ribu per kapita per orang per bulan. Salah satu dampaknya adalah garis kemiskinan lebih tinggi dibanding wilayah Lamongan dan Bojonegoro.
“Sebagai contoh untuk membeli satu porsi menu makanan yang sama, di wilayah Kabupaten Tuban akan lebih mahal dibandingkan wilayah sekitar,” jelasnya. Hal tersebut karena arus permintaan dan penawaran yang tergolong tinggi.
Oleh sebab itu, lanjut Eko, TPID akan melakukan operasi pasar untuk memastikan kondisi harga pada rentang yang normal. Di samping itu, akan disusun kebijakan yang mengatur keluar masuknya barang di wilayah Kabupaten Tuban. Tujuan akhirnya, agar inflasi terkendali sehingga dapat mengurangi beban ekonomi masyarakat. (m agus h/hei)
Sumber : Media Center Tuban