TANTANGAN PEMBANGUNAN KIAN BESAR, PEMKAB BENTUK POKJA PSID
- 21 November 2017 14:23
- Yolency
- Kegiatan Pemerintahan,
- 417
Tubankab - Dalam rangka menjalankan amanat peraturan bersama Menteri Riset dan Teknologi serta Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2012 dan Nomor 36 Tahun 2012 tentang Penguatan Sistem Inovasi Daerah, Pemkab Tuban membentuk tim koordinasi dan kelompok kerja (Pokja) Penguatan Sistem Inovasi Daerah (PSIDA) Kabupaten Tuban tahun 2016-2021 melalui keputusan Bupati Tuban.
“Tantangan pembangunan Pemkab Tuban ke depan akan semakin besar dan kompleks seiring dengan meningkatnya permintaan pasar dan tuntutan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, perlu dibentuk Pokja PSID,’’ kata Bupati Tuban K.H Fatchul Huda saat memberi sambutan pada acara rapat paripurna perumusan tema dan pengukuhan tim koordinasi dan Pokja PSIDA di Gedung Korpri, Selasa (21/11).
Menurut Huda, tantangan yang paling dekat saat ini adalah telah diberlakukannya masyarakat ekonomi asean (MEA). Ini mengharuskan kita untuk terus meningkatkan daya saing,” ungkap Huda.
Masih menurut suami dari Hj. Qodriyah ini, berbagai kajian telah menunjukkan bahwa penguatan sistem inovasi mampu mendorong dan meningkatkan kinerja perekonomian oleh suatu negara atau daerah. Sebab, hal tersebut dapat mensejahterakan rakyat.
Dalam rapat paripurna yang mengkukuhkan sebanyak 117 pejabat sebagai anggota tim koordinasi PSIDA, Huda menyetujui untuk mengusung tema “Pengembangan Potensi Bahari yang Didukung oleh Agro Ekonomi Kreatif”.
Bupati asal Desa Talun, Kecamatan Mintong, ini membeberkan, terpilihnya tema tersebut disebabkan kekayaan bahari Tuban merupakan kekayaan yang luar biasa sejak zaman dahulu. Oleh karena itu, lontar Huda, perlu dikembangkan untuk mengentas kemiskinan.
“Untuk mewujudkan itu semua perlu inovasi, semua ada ilmunya. Jangan sampai kerja tanpa ada dasar ilmu yang jelas, karena yang ada hanya kesia-siaan,” ujar Huda.
Lebih jauh pria 64 tahun ini menuturkan, semua pihak yang terlibat harus optimis untuk mampu membuat inovasi agar tidak terjadi krisis. Menurutnya, krisis terjadi karena orang tidak mampu berinovasi. “Namun jangan sekadar inovasi, tapi yang lebih penting output dari inovasi tersebut. (nanang wibowo/hei)