Foto : Yeni dan Ibunya, Yasrini saat pamerkan hasil dagangannya, tape tawaran. (ari)

Tape Tawaran, Jadi Ikon dan Identitas, Sekaligus Mitos

  • 26 December 2022 17:30
  • Heri S
  • Umum,
  • 1597

Tubankab - Ketika berbicara mengenai Desa Tawaran, maka tidak akan lepas dari tape ketan tawaran. Sebuah olahan makanan dengan bahan dasar beras ketan yang begitu lekat dengan kehidupan masyarakat desa setempat. Tape Tawaran bahkan menjadi ikon dan identitas desa di Kecamatan Kenduruan ini.

Tape tawaran merupakan makanan khas desa yang begitu otentik dengan berbagai macam keunikannya. Mulai dari proses pembuatan hingga kepercayaan masyarakat setempat yang kental dengan mitos. Desa Tawaran pun pernah mengadakan festival budaya tape tawaran Oktober lalu, dengan maksud mempertahankan eksistensi tape tawaran.

Reporter media ini, mencoba mewawancarai Yeni (40) dan sang Ibu Yasrini (66) yang merupakan pengrajin tape tawaran sejak 46 tahun yang lalu.

Mereka membeberkan resep dalam pembuatan tape tawaran yang legit. Pertama, siapkan beras ketan dengan kualitas nomor 1, kemudian dicuci hingga bersih dan direndam sekitar 30 menit lalu dimasak. Sembari menunggu tape matang, siapkan pewarna alami berbahan dasar daun katuk atau daun babing kemudian dicampurkan ke dalam ketan yang sudah matang. Lalu, dimasak lagi sekitar 15 menit setelah itu didinginkan selama kurang lebih 2 jam. Kemudian, tambahkan ragi aduk hingga merata lalu bungkus menggunakan daun ploso.

“Rasa legit akan dihasilkan dari tape yang dibuat dan didapatkan ketika semua proses dilakukan secara higienis,’’ ujar Yeni, Senin (26/12).

Banyak kearifan lokal yang ada di Desa Tawaran yang erat kaitannya dengan tape tawaran. Yasrini dan Yeni menceritakan, di antaranya dalam pembuatan tape tawaran harus menggunakan air dari Sendang Unggul yang berada di Dusun Krajan. Konon katanya jika menggunakan air selain dari sendang tersebut, maka rasa dan tampilan tape yang dihasilkan tidak seenak tape tawaran yang memiliki rasa begitu legit.

Kemudian, adanya kepercayaan yang tumbuh di masyarakat bahwa bagi perempuan yang sedang mengalami masa haid atau menstruasi, tidak diiznkan untuk ikut dalam membuat tape. Sebab, dipercaya akan membuat tape yang dihasilkan berwarna merah.

“Namun, itu hanyalah mitos. Yang menjelaskan hal tersebut terjadi karena daun ploso yang digunakan terkena air hujan dan daun tidak dibersihkan dengan baik sehingga menimbulkan noda berwarna merah,’’ jelas Yeni.

Yeni mengaku dapat memproduksi tape sebanyak 25 ikat setiap hari. Orderan akan meningkat ketika momen Lebaran tiba atau ada hajatan dan hari libur. Ia mengaku mampu menghabiskan 125 hingga 150 kilogram beras ketan di saat Lebaran.

Meski demikian, Yeni mengaku para pengrajin tape tawaran saat ini mengalami kesulitan mendapatkan daun ploso yang menjadi bungkus dari tape tawaran. Bahkan, ia dan sang ibu harus mencari daun ploso hingga ke tengah hutan sebab sudah sangat jarang ditemui di pinggir jalan.

Terkait harga, Yeni mematok tape tawaran olahannya sebesar Rp 10 ribu per ikat. Satu ikat berisi 20 bungkus tape. (ari/hei)

comments powered by Disqus