Terancam Punah, Tradisi Wiwit Pari Mulai Dihidupkan Kembali
- 26 September 2021 15:33
- Heri S
- Umum,
- 521
Tubankab - Para petani di Desa Plumpang, Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban menggelar kegiatan Wiwit Pari di sawah tikungan tajam desa setempat, Minggu (26/09).
Ada sekitar 50 petani yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Mereka adalah para petani yang memiliki sawah garapan di sekitar area tikungan tajam tersebut.
Meskipun awalnya banyak petani yang menolak karena sudah ketinggalan zaman, akan tetapi pada akhirnya mereka menjadi sangat antusias. Bahkan, walaupun kegiatan sempat diguyur hujan, justru membuat mereka semakin bersemangat.
Penggerak Pemuda Desa Plumpang, Bambang Budiono, saat dikonfirmasi mengatakan, kegiatan yang menjadi sebuah simbol rasa syukur masyarakat itu, diikuti dengan sangat antusias oleh seluruh masyarakat.
“Tidak hanya para petani yang memiliki sawah garapan, akan tetapi masyarakat tua muda hingga anak-anak juga ikut mengapresiasinya,’’ tuturnya.
Salah seorang petani setempat, Supandi menjelaskan, tradisi Wiwit Pari sudah bukan merupakan sesuatu yang baru, akan tetapi sudah menjadi kebiasaan yang diwariskan secara turun-temurun oleh leluhur masyarakat Jawa.
“Masyarakat khususnya generasi tua, juga sudah sangat akrab dengan kegiatan ini, sedangkan petani-petani muda kebanyakan mempunyai cara mereka sendiri dalam setiap prosesi tanam dan panen padi,’’ ceritanya.
Menurut Supandi, anak muda saat ini cenderung lebih inovatif dan mengacu pada sistem pertanian modern, sehingga tradisi semacam Wiwit Pari dirasa sudah ketinggalan di era pertanian modern tersebut.
Lebih jauh ia menjelaskan, kegiatan Wiwit Pari dimulai dengan mempersiapkan cokbakal atau mbakali, yaitu barang-barang sesaji yang dipersembahkan kepada Tuhan.
“Masih banyak anak muda yang terlibat dalam kegiatan tradisi samacam ini. Kami harapkan mampu menumbuhkan kebiasaan positif, sehingga ke depan generasi muda juga masih tetap bisa melestarikan tradisi warisan leluhur,’’ tukasnya.
Sementara itu, tokoh masyarakat Desa Plumpang, Rasmat mengatakan, kegiatan Wiwit Pari yang kental dengan nuansa tradisi Jawa, membuat pandangan masyarakat, terutama anak muda sedikit kurang berminat pada ritual tersebut. Akibatnya, tradisi tersebut sempat hilang cukup lama, karena kegiatan tersebut dianggap kuno.
Sebenarnya, lanjut Rasmat, tradisi Wiwit Pari kini sudah jarang diminati oleh petani muda. Namun, kini keberadaan tradisi tersebut mulai kembali digiatkan.
Rahmat menambahkan, para petani juga sangat senang dan menyambut dengan antusias, meskipun kegiatan itu sempat punah karena adanya isu-isu kegiatan menyimpang, tetapi berhasil diluruskan kembali oleh anak-anak muda zaman sekarang. (m nahrus sodiq/hei)
Sumber : LPPL Tuban