Thrifting, Alternatif Belanja Barang Branded dengan Harga Murah
- 09 November 2022 23:55
- Heri S
- Umum,
- 1089
Tubankab - Perkembangan gaya hidup khususnya dalam bidang trend fashion di Kabupaten Tuban saat ini berkembang dengan sangat cepat. Perubahan mode dan gaya dari merek-merek terkenal luar negeri seperti tak ada habisnya untuk terus diikuti.
Hal ini memicu terjadinya sebuah pola gesekan dari masyarakat ekonomi bawah untuk dapat mengejar ketinggalannya dengan cara Thrifting atau belanja barang bekas bermerek. Pada awalnya thrifting memang sebuah alternatif untuk belanja murah, tapi kini thrifting punya porsi sendiri dalam pola dan gaya hidup masyarakat Tuban.
Salah satu pecinta thrifting ini adalah Ubaidillah Elmuddin (29), yang sekarang serius menekuni bidang ini sebagai profesinya. Obet sapaan akrabnya mulai membuka bisnis thrifting di rumahnya, Kelurahan Perbon, Tuban sejak tahun 2021 lalu, dengan modal awal sekitar Rp6 juta. Kini aset yang dimilikinya mencapai belasan juta rupiah dalam kurun waktu kurang dari dua tahun.
"Thrifting itu hobi, tapi saking cintanya sama thrifting bahkan sering ada beberapa barang koleksi yang tidak saya jual tapi saya pakai sendiri," terang Obet saat ditemui di toko miliknya, Rabu (09/11).
Pria yang juga berprofesi sebagai fotografer itu menceritakan suka dukanya dalam dunia thrifting. Meskipun tergolong pendatang baru di Tuban, secara tidak langsung ia sudah menekuni hobi ini sejak tahun 2012. Bahkan awal mula berbisnis sempat mengalami kerugian, baik secara modal maupun mental.
Obet sempat bangkrut lantaran tidak pandai mengelola keuangan dalam usahanya. Bahkan modal awal yang digunakan untuk membeli berbagai macam jaket, 40 persennya tidak laku terjual yang membuatnya terpaksa harus gulung tikar. Kecintaan yang begitu besar pada hobi ini membuat Obet kembali menata usahanya hingga saat ini omzetnya per bulan bisa mencapai sekitar Rp1,5 juta hingga Rp3 juta serta memiliki aset yang dikelola pribadi belasan juta rupiah.
"Minat masyarakat Tuban masih belum terlalu besar, karena ada perbedaan yang mencolok antara yang benar-benar paham thrifting dan yang sekadar iseng,’’ tuturnya.
Saat ini thrifting bukan lagi alternatif mencari barang murah, tapi lebih pada fanatisme terhadap sebuah barang, dan terkadang harga barang bekas bisa lebih mahal daripada barang baru. Terlebih barang-barang yang sudah langka dan sangat dicari untuk koleksi.
"Saya pernah beli jaket tipis seharga Rp35 ribu dan terjual dengan harga Rp1,6 juta oleh orang London karena barang langka," imbuhnya.
Saat ini koleksi di toko Obet ada berbagai jenis, mulai dari jaket, hoodie, jaket outdoor, sepatu, topi, berbagai jenis celana, bahkan hingga kaus kaki yang dijual dengan harga mulai Rp20 ribu hingga Rp 2juta.
"Belakangan semakin banyak komunitas thrifting di Kabupaten Tuban, tapi saya masih minder untuk gabung. Menjaga toko juga karena beberapa faktor, salah satunya adalah agar bisa menjaga ayahnya yang sedang sakit. (m nahrus h/hei)