Tradisi Maleman di Akhir Ramadan, Apa Itu ?
- 17 April 2023 22:26
- Yolency
- Umum,
- 4932
Tubankab - Sepuluh hari terakhir terutama di malam ganjil pada bulan Ramadan dapat dikatakan sebagai hari yang istimewa. Sebab pada hari-hari tersebut masyarakat meyakini akan turunnya malam lailatul qadar dan menjadi waktu yang tepat untuk berkirim doa kepada leluhur.
Di Jawa ada sebuah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat yang disebut dengan maleman.
Menurut KBBI, maleman adalah selamatan atau kenduri pada malam tanggal ganjil pada bulan puasa (Ramadan) tanggal 20 tibanya Lebaran: pada waktu yang disebut maleman itu penduduk banyak yang mengadakan kenduri.
Maleman ternyata masih dilestarikan tidak hanya di desa-desa, namun juga masih ada di lingkungan perkotaan seperti terlihat di RT 02 RW 06 Kelurahan Latsari, Kecamatan Tuban Kota, Senin (17/04) sore kemarin. Secara berbondong-bondong selepas ashar, warga menuju rumah Ketua RT sebagai tempat dilaksanakannya maleman di lingkungan RT setempat.
Ketua RT 02 RW 06 Kelurahan Latsari, Zali Hartono mengungkapkan bahwa tradisi maleman selama ini digelar rutin setiap tahunnya, namun sempat vakum selama 2 tahun akibat pandemi Covid-19 yang lalu. “Tahun ini maleman kembali dilaksanakan, selain untuk bersilaturahmi antarwarga juga untuk mendoakan para pendahulu kami," jelasnya.
Zali Hartono menambahkan bahwa pada kegiatan ini warga membawa makanan ‘berkat’ kenduri untuk dikumpulkan dan setelah dilaksanakan doa dan tahlil bersama akan dibagikan kembali kepada seluruh warga baik yang hadir maupun yang berhalangan. Untuk itu anggoata Kodim 0811 Tuban ini menyampaikan terima kasih atas kekompakan dan kekeluargaan yang terjalin antarwarga di lingkungan RT-nya.
“Alhamdulillah dengan silaturahmi yang baik, akan tercipta lingkungan yang kondusif,” ungkap Zali Hartono.
Sementara itu, Ustaz Zainal Arifin yang memimpin doa dan tahlil sekaligus tausiyah mengajak semua warga yang hadir untuk memaksimalkan akhir Ramadan dengan berbagai ibadah, dengan harapan untuk mendapatkan berkah di malam lailatul qodar. “Ciri-ciri orang yang meraih keutamaan malam lailatul qodar adalah semakin baik ibadahnya selepas bulan puasa ini berakhir,” tuturnya.
Zainal Arifin menambahkan bahwa dengan merawat tradisi maleman mengajarkan kita untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, memperbanyak sedekah dan semakin menggiatkan ibadah-ibadah sunnah mengingat bulan Ramadhan akan segera berakhir dan juga tradisi ini adalah tradisi yang mulia sehingga pada sepuluh hari terakhir masyarakat berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan. (dadang bs/hei)