Wakili Bakorwil II, Ngripto Raras Usung Isu Kekinian pada Pertura JKF 2022
- 27 July 2022 23:24
- Yolency
- Kegiatan Pemerintahan,
- 792
Tubankab - Kelompok kesenian Ngripto Raras asal Kecamatan Parengan, Kabupaten Tuban didapuk menjadi perwakilan Badan Koordinasi Wilayah Pemerintahan dan Pembangunan Jawa Timur II (Bakorwil II) Bojonegoro untuk menampilkan Pertunjukan Rakyat (Pertura) pada Jatim Kominfo Festival 2022, di Pelataran Balai Kota Among Tani Kota Batu, Rabu (27/07) malam.
Sebelumnya, Ngripto Raras berhasil meraih penghargaan terbaik pada Festival seni Pertunjukan Rakyat (Pertura) pada Pekan KIM (Kelompok Informasi Masyarakat ) IX tahun 2017 yang diselenggarakan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Jawa Timur, di Taman Chandra Wilwatikta, Kabupaten Pasuruan.
Sebanyak 22 orang anggota Ngripto Raras menampilkan pertunjukan tradisi Bucu Kendit. Tidak hanya itu, juga diangkat isu pemanfaatan internet dalam memandang suatu permasalahan, salah satunya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak.
Penulis naskah dari Ngripto Raras, Aditya Nurrahmat mengungkapkan tradisi Bucu Kendit merupakan ikhtiar yang dilakukan orang-orang terdahulu di Kabupaten Tuban ketika menghadapi pagebluk atau wabah. Mereka melakukan doa bersama di perempatan atau pertigaan desa dengan membawa Bucu Kendit (tumpeng kecil).
“Mereka berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar wabah, seperti pandemi Covid-19 maupun PMK dapat sirna dari Bumi Nusantara,” ungkapnya.
Mengangkat isu pemanfaatan internet, lanjut Aditya, personel Ngripto Raras melalui pertunjukannya mengajak penonton untuk bijak dalam menyikapi informasi yang berseliweran, salah satunya wabah PMK. Ketika menerima informasi maupun berita, lanjut Aditya, hendaknya diteliti sumber maupun isinya sebelum disebar secara luas. Derasnya arus informasi yang diterima harus disaring agar tidak memunculkan berita bohong atau palsu yang dapat merugikan diri sendiri dan masyarakat.
Usai pertunjukan, perwakilan dewan Juri, Outar mengatakan Ngripto Raras berhasil menyampaikan pesan melalui penampilan ‘lakon orang’ yang diiringi musik tradisional dan pencahayaan yang pas. Materi yang hendak disampaikan disusun secara detail, urut, dan menggunakan bahasa yang mudah diterima.
“Informasi disampaikan secara rapi dan jelas,” ujarnya.
Outar menambahkan isu yang diangkat juga bersifat kekinian. Meski demikian, juga dikombinasikan dengan unsur kesenian dan tradisi masyarakat setempat. (m agus h/hei)